Monday, July 31, 2006

Bentar lagi ramadhan........

Allahumma baariklanaa fii rajaba wa sya'ban
wa ballighnaa ramadhan...

Ya Allah, berkahilah kami di bulan rajab dan syaban
Dan sampaikan kami di bulan ramadhan...

Sebentar lagi Ramadhan menjelang, ga sampai dua bulan lho...
Mari persiapkan diri dari sekarang, agar Ramadhan besok bisa kita jelang dengan lebih matang dan lebih optimal dalam menjalaninya..
amien

Thursday, July 13, 2006

Self Healing and Recovery Therapy

Setiap orang pasti pernah mengalami perlakuan dan situasi yang menyakitkan, namun tidak semua orang mau dan mampu secara tulus memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain. Termasuk juga melupakan takdir perjalanan hidup yang tidak menggembirakan. Atau mungkin juga tidak mau memaafkan diri sendiri, dan meyakini hikmah di balik takdir Allah SWT untuk kemudian bisa menerimanya dengan “legowo” (ikhlas).

Proses memaafkan, baik memaafkan orang lain maupun memaafkan diri sendiri, memerlukan kerja keras, kemauan kuat, dan latihan mental (riyadhatun nafs). Karena ini menyangkut soal “hati” (qalb) yang sangat reaktif terhadap stimulant dari luar. Kemampuan manajemen maaf akan membantu kita untuk bisa menikmati hidup dengan lebih indah dan memupuk keluhuran jiwa dan citra diri. Kemampuan memaafkan ini akan membantu kita, khususnya kaum hawa -yang diibaratkan bagai tulang rusuk yang mudah patah :) - untuk lebih ”lentur” sehingga tidak gampang patah, tidak mudah hancur hidupnya, tidak mudah putus tali persahabatan dan kekeluargaannya.

Manajemen maaf merupakan bagian dari ”self healing and recovery therapy” (terapi penyembuhan diri). Ada empat tahapan dari self healing and recovery, yaitu: membalut luka hati, meredakan kebencian/amarah, terapi penyembuhan, dan tahap terakhir yaitu berjalan dan hidup bersama kembali.

Tahap pertama,membalut luka. Sakit hati/kecewa/rasa bersalah yang kita biarkan ibarat luka yang tidak pernah diobati, yang akan mengambil kebahagiaan dan ketentraman hati kita (misal kisah sahabat saya yang tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, akhirnya mengalami depresi, baca di sini), bahkan mungkin mengambil hidup kita. Cobalah menenangkan diri dan sedikit melupakan sakit hati dengan melakukan hal-hal yang kita sukai, bergaul dengan banyak orang, dll.

Tahap kedua, meredakan benci/amarah dan mencoba memaafkan orang lain ataupun memaafkan diri kita sendiri. Berusaha memahami alasan orang lain melakukan tindakan yang menyakitkan tadi atau mencarikan dalih baginya (mencoba husnuzhan-berbaik sangka). Ada pepatah mengatakan, “sebelum menjustifikasi saudara kita, cobalah untuk husnuzhan, carilah 1000 alasan yang mungkin menyebabkan dia melakukan hal itu, hingga akhirnya kita bisa memakluminya.” Begitu juga kalau kita merasa marah pada diri sendiri, coba untuk memaafkan dan memahami alasan kita sendiri.

Tahap ketiga, masa penyembuhan, diistilahkan masa berdamai dengan diri sendiri. Kadang masa ini butuh waktu lumayan lama .... jangan putus asa ketika sudah beberapa minggu koq belum sembuh juga, ketika teringat peristiwa itu masih merasa sakit. It’s ok! Beri kesempatan dan waktu lebih pada diri kita sendiri….

Tahap terakhir, kembali berjalan dan hidup bersama. Ketika sudah pulih, kita bisa berinteraksi lagi dengan normal, seolah-olah tidak pernah ada masalah. Kuncinya adalah belajar menerima secara obyektif dan positif. Pegang prinsip bahwa tidak ada manusia yang sempurna, semua dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, sangat berhak untuk dihargai sebagaimana mestinya. Penghargaan kita yang tulus akan berbuah perhatian darinya. Bukankah satu lawan itu sudah sangat banyak, sedangkan seribu kawan terasa kurang?

Ada pepatah,
”Jangan berlebihan dalam menyukai sesuatu karena mungkin suatu saat kau akan membencinya. Dan jangan berlebihan ketika membenci sesuatu karena mungkin suatu saat kau akan mencintainya pula.”

Ada rumus kebahagiaan *
(rumus ini bisa berlaku di setiap saat, di semua tempat, dan dalam situasi apapun – tidak perlu dikonversi, karena satuannya sudah jelas, yaitu bahagia per ikhlas :) )
“Harapan yang lebih besar dari kenyataan akan membuat kita kecewa.
Sedangkan harapan yang lebih kecil dari kenyataan akan membuat kita bahagia.
Minimalkan harapan dan ketergantungan kita terhadap seseorang atau sesuatu, sehingga kita tidak akan terlalu kecewa.
Sandarkan harapan, apalagi ketergantungan kita hanya pada Allah SWT, insya Allah kita tidak akan pernah kecewa dan selalu bahagia” HasbunAllah wa ni’mal wakil
.


*ini rumus bahagia dari seorang sahabat.
afwan, sering nyuplik kata-kata antum tanpa izin.

Tuesday, July 11, 2006

For the Second Man in My Life

Alhamdulillah....
Terlantun syukur dari lisan dan hatiku
Allah telah karuniakan dirimu bagiku
Temanku kala aku sendirian
Pahlawanku kala aku terkalahkan
Sandaranku kala aku lemah

Untukmu, lelaki kedua dalam hidupku
Terimakasih kuhaturkan padamu
Atas cinta yang tak pernah berubah
Perhatian yang tak pernah hilang
Dorongan yang membuatku bertahan
dan berani membuat langkah baru
Masukan-masukan yang membuatku
bisa melihat dunia dengan warna berbeda

Untukmu, lelaki kedua dalam hidupku
Selalu ada cinta dariku
Walaupun kadang aku menangis karenamu
Kadang aku terluka karena kata-katamu
Kadang aku bingung tak bisa memahamimu

Dua puluh empat tahun sudah aku mengenalmu
Bukan waktu yang sebentar
Namun terkadang aku merasa asing denganmu
Merasa tak mampu menjangkaumu dengan tanganku
Tak mampu meraihmu dalam dekapku

Jangan melangkah terlalu cepat
Karena aku belum bisa mengimbangimu
Apalagi berlari
Karena aku tak kan bisa mengejarmu
Aku ingin melangkah beriringan
Tapi jangan genggam tanganku
Cukup kau disampingku
Sekedar menemani dan menjaga
Agar aku tegar dengan langkahku sendiri

Untukmu, lelaki kedua dalam hidupku
Tiga dasawarsa sudah usiamu
Semoga Allah selalu tegarkan langkahmu
Dan bijakkan pikirmu
Semoga Allah selalu menjagamu
Dan berkahNya moga bersamamu

Ada empat wanita yang selalu mendoakanmu
Bakti pada ibundamu
Cinta pada kekasih belahan jiwamu
Kasih pada ananda biji matamu
Dan semoga sayangmu buatku

Untukmu, lelaki kedua dalam hidupku
Selamat hari lahir
Terima kasih telah menjadi kakak yang baik buatku
Menemaniku di sepanjang rentang usiaku

keterangan: the first man: my daddy
the second man: my older brother

Monday, July 10, 2006

Life is beautiful

Life is beautiful,
La vita e bella,
Hidup ini indah....


Selama ini saya berusaha memandang segala sesuatunya dengan indah. Bahwa dibalik mendung masih ada langit yang biru.Bahwa setelah hujan datang, mungkin akan datang pelangi. Bahwa setelah gelap malam, maka mentari pagi akan menyapa dengan hangat.
Bahwa ujian adalah suatu keniscayaan, apapun bentuknya, ujian berupa kemudahan atau pun kesulitan.

Namun pernah sekitar dua tahun yang lalu, ketika terlibat secara mendalam dalam permasalahan keluarga seorang teman, saya jadi sulit melihat bahwa hidup itu indah. Masalah yang dihadapi memang kompleks sekali, masalah kedua orangtuanya, adik-adiknya yang ”bermasalah”, masalah finansial, kuliahnya keteteran, kesehatannya juga yang sering drop.... sepertinya masalah tiada habis-habisnya.

Saya yang biasa melihat segala sesuatunya itu indah, benar-benar jadi berubah. Jadi tahu bahwa ternyata di luar ada hal yang berbeda. Menyadari bahwa tidak semua orang baik hati seperti kelihatannya, melihat bahwa sering ada ketidaktulusan-ada udang di balik batu, juga melihat bahwa ada orang yang mengungkapkan sayang dengan makian dan amarah (?), bahwa di sekitar kita mungkin ada saudara yang benar-benar tidak bisa makan, tapi kita tak pernah tahu (atau tak mau tahu?!) , bahwa ada juga orang yang puas hidup dengan gengsi, walaupun dia kelaparan, dan setiap hari penuh keluhan dan air mata. Bahwa hujan bisa datang kapan saja, bahwa rumput tak selalu hijau, dan pohon kadang kering meranggas. Pokoke dunia seperti berbalik 180 derajat, sama sekali tidak indah.

Setelah beberapa saat, seorang mbak yang dekat dengan saya, mengajak saya untuk menjauh dan mengambil jarak. Mengajak saya seperti biasa kalo lagi stag, melihat dari sudut pandang yang berbeda. Akhirnya saya bisa kembali melihat lebih obyektif. Dan juga punya cara pandang baru, bahwa dibalik sesuatu pasti ada makna yang tersembunyi, baik positif maupun negatif. Bahwa tidak selamanya hidup ini nampak indah seperti kelihatannya.

Ketika gempa kemarin terjadi di tanah kelahiran saya, merupakan bagian dari pembelajaran tt alam, manusia, juga tt Allah-Rabb kita. Bahwa selain ArRahmaan-ArRahiim maka Allah punya sifat Rabb al ’alamin. Selain Maha Pengasih dan Penyayang, maka Allah adalah Maha Penguasa Alam semesta, Maha Perkasa, Maha Berkehendak. Tapi ArRahmaan-ArRahiimnya selalu mendahului murkaNya. Walaupun membawa kedukaan, tapi bencana itu mengajarkan pada manusia tentang indahnya ukhuwah, indahnya ketika bisa memberi, indahnya ketika kita bisa qanaah, itsar, dan ikhlas dengan ketentuan Allah.

Jadi sampai saat ini saya masih berusaha untuk selalu melihat bahwa hidup ini indah. Karena hal itu akan membawa saya untuk berusaha selalu mensyukuri apa yang telah Allah karuniakan. Apapun kejadian yang kita alami, ketika keyakinan bahwa apa yang Allah berikan adalah yang terbaik bagi kita, maka akan selalu ada ruang untuk bahagia di setiap detik perjalanan kita. Dan memang life is beautiful, namun kini dimaknai lebih mendalam.... bahwa hidup akan berisi hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, kemudahan dan kesulitan, ujian dan karunia, ketakutan dan kebahagiaan. Yang penting adalah bagaimana kita mengelolanya agar kepedihan tidak terlalu pedih, dan kegembiraan tidak membuat kita lalai. Apapun keadaannya, mencoba senantiasa bersyukur, ’ala kulli hal alhamdulillah. Ketika pena telah diangkat, dan lembaran telah kering. Qadarallah maa sya-a fa’al. Setiap yang telah dan akan terjadi telah tercatat dalam ketentuanNya. Qada’ dan qadar Allah akan terus berlaku pada kita, namun Allah akan selalu membekali kita dengan kekuatan yang terkadang tidak pernah kita sadari....


Buat "seseorang", yang telah mengajari saya banyak hal, meski tanpa ia sadari
Jazakumullah khairan jaza’
Afwan jiddan atas semua khilaf, lisan maupun prasangka.

Buat semuanya siapapun anda, yakinlah bahwa selalu ada ruang untuk bahagia bagi kita semua.

Setiap Orang Adalah Penting

Seorang manager memberi tahu karyawannya tentang betapa pentingnya ia bagi perusahaan dengan menulis memo sebagai berikut :

Kamu adalah orang pxnting

Mxskipun mxsin kxtikku modxl kuno, tapi ia dapat bxkxrja dxngan baik, kxcuali satu huruf saja.

Kau mungkin bxrpikir bahwa jika sxmua huruf dapat bxkxrja dxngan baik dan hanya satu saja yang rusak, maka tidak ada yang akan mxmpxrhatikan. Tapi txrnyata kxrusakan pada satu huruf saja dapat mxnghancurkan sxmua usaha yang txlah dirintis.

Kau mungkin bxrbicara dalam hati, “Ahh… aku hanyalah satu orang. Mustahil ada yang mxmpxrhatikan apabila aku tidak bxrsungguh-sungguh”. Tapi sxsungguhnya hasilnya akan sangat bxrbxda. Sxbab, untuk mxmiliki suatu lxmbaga yang xfxktif, suatu organisasi harus didukung olxh sxmua anggotanya dxngan sxgxnap kxmampuan mxrxka.

Jadi, jika lain kali kau mxnganggap dirimu tidak pxnting, maka ingatlah mxsin kxti kunoku ini.

Kamu adalah orang pxnting…!!!

(Author unknown)

Tetaplah Disini Saudaraku…., Kembalilah Ke sini Saudaraku….

Teruntuk seluruh saudaraku.....

Kembalilah ke sini saudaraku....
Untuk saudaraku yang telah pergi, kalau aku boleh meminta, maka aku pinta padamu untuk kembali. Sungguh aku khawatir dengan kesendirianmu. Kita tidak pernah yakin bahwa jalan kita akan lurus-lurus saja, karena itu kita butuh saudara-saudara yang lain untuk menemani dan mengingatkan kita. Kenapa kekecewaan membuatmu insilakh? Bukankah dulu kau pernah berkomitmen untuk memperbaiki dan menambal kapal ini jika kau menemukan kebocoran, bukan justru kamu terjun sendirian ke tengah laut? Tidakkah kau rindu masa-masa kebersamaan kita, dan janji-janji kita untuk saling menguatkan??? Saudaraku, kapanpun kau merasa rindu dan siap untuk kembali, kami tetap menanti datangnya saat itu. Dan bila masa itu tiba, kan kami sambut kau dengan senyuman, dan akan kita nyanyikan kembali lagu dakwah kita yang mungkin telah kau lupa alunan syairnya....

Teruntuk seluruh saudaraku, juga untuk saya sendiri....
Tetaplah Disini Saudaraku....
ini nyuplik dari sini
saudaraku, entahlah terkadang perjalanan yang jauh dan tidak pernah berakhir ini sering membuat kita lelah, capai, dan benar-benar letih. Hatta, keletihan itu sendiri terkadang tidak bisa digambarkan dengan visualisasi tertentu. Fase-fase inilah yang teramat sangat kita takutkan, kita khawatir suatu saat nanti kita tidak dapat lagi merasakan indahnya ber-Islam, indahnya berukhuwah, dan indahnya beribadah kepada Allah. Kita juga mengkhawatirkan terjadinya disorientasi dalam dakwah yang sedang kita rancang...
Apapun ceritanya, ana, antum, dan seluruh ikhwah di bumi belahan manapun dia berada... mari kita berazzam agar kita tetap dan akan selalu senantiasa berada dalam rumah besar TARBIYAH ini...Allahumma amien

Tetaplah disini saudara/i ku...........Dijalan keimanan ini........dijalan keislaman ini................Tetaplah bersama-sama meniti jalan ini.........sampai usai.............Kita semua mungkin sudah letih....Karena perjalanan ini amat panjang dan berliku......Tapi .... bersiaplah disini.......Jangan sekali-kali kita menjauh......Yakinlah kenikmatan pengorbanan yang kita teguk di jalan ini....Jauh lebih banyak ... ketimbang yang dilakukan orang-orang lalai itu ......Keindahan disini.... jauh lebih indah dari pada keindahan yang dibanggakan oleh orang-orang lalai itu

Saudara/i ku ...................Kita memperoleh puncak obsesi dan keinginan disaat kita mendapatkan ujian....Keinginan kita adalah apa yang dapat kita berikan untuk ISLAM dan kaum muslimin......Kegembiraan kita adalah bagaimana melihat hasil perjuangan da’wah kepada ummat.....Obsesi kita adalah bagaimana bisa berbuat lebih banyak untuk ummat.....

Terangilah hati dan jiwa kita untuk tetap bersama... Saudara/i ku....Karena dengan itu eksistensi ukhuwah akan lebih terasa dan lebih indah......Hapuslah dzhon-dzhon yang ada dalam diri kita semua..............Jangan cepat menyerah, putus asa, frustasi, apalagi cepat marah ......Karena itu semua tak pernah membawa kita untuk mencapai kedudukan yg lebih tinggi....Bukankah semua posisi yang lebih mulia selalu dicapai lewat pengorbanan yang luar biasa ????........

Tetaplah disini saudara/i ku...........Tetaplah di jalan ini .... jalan keislaman ......... jalan keimanan..........Tetaplah di jalan ini..........Walau hati ini perih........walau jasad ini sakit....Tetaplah di jalan ini ..............Walau remuk tulang-tulang kita........ walau runtuh sendi-sendi kita.........walau habis cucuran keringat darah dan air mata kita.............Tetaplah di jalan da’wah ini............Walau berkorban perasaan .............. walau pahit menerima kenyataan.........
Saudara/i ku..................Jalan yang kita tempuhi memang berat.........penuh dengan tantangan, hambatan, ancaman ,godaan......Banyak yang kita temui di jalan ini........Yang meninggikan asa dan harap kita..............Namun terkadang menghempaskan batin dan jiwa kita.............Akan banyak yang kita temukan........idealisme dan realitas bertempur, berperang, jauh masuk ke relung hati kita..............Hingga akhirnya jiwa kita harus mengalah...apabila realitas jauh dari angan........

Tetaplah disini Saudara/i ku................Kita akan memulai perjalanan yang lebih mendaki dan terjal...............Tapi disanalah kita berharap bisa merasakan kenikmatan yang kita idam-idamkan.............Maka ucapkanlah “Alhamdulillah” atas semua keadaan yang kita alami.........Meski kebersamaan ini sungguh menguras keringat dan meletihkan sendi-sendi.....

Kadang Kita Perlu ”Recycle Bin”

Beberapa pekan terakhir, saya mendampingi seorang sahabat menjalani terapi psikiater. (saya cuma menemani lho....:) ) Yah... sahabat saya sedang dalam kondisi kejiwaan yang sangat tidak stabil. Diagnosa dokter psi, beliau mengalami depresi dan halusinasi.

Semua berawal sekitar tiga pekan yang lalu
“ukh, afwan….
Aku kalah…
Astaghfirullah….”

Sudah hampir tengah malam ketika sebuah sms masuk. Sms singkat dari sahabat saya tadi, membuat saya bertanya-tanya, ada apa dengannya?

Keesokan paginya, ketika bertemu, baru menyadari ada sesuatu yang ”tidak beres”. Tatapan kosong, wajah pucat dan alur pembicaraan yang melompat-lompat, telah menggambarkan semua. Setelah membujuk dengan berbagai cara, akhirnya beliau bercerita (masih dengan alur yang melompat-lompat) bahwa dia merasa sangat bersalah, berdosa besar dan kalah......karena telah jatuh cinta pada seorang ikhwan! Perasaan berdosa dan merasa kalah itu sangat mencengkeram dirinya, karena itu dia berusaha sekuat tenaga untuk memupus rasa itu. Tapi semakin dia berusaha, justru perasaan itu semakin menguat. Yah... setahun dia benar-benar dihimpit perasaan kalah & dosa, akhirnya justru membuat jiwanya benar-benar kalah. Bahkan sampai dia tidak bisa membedakan lagi antara kenyataan dan khayalan, beliau berhalusinasi bahwa setiap kali mendengarkan siaran radio atau menonton televisi maka yang terdengar hanyalah suara dan pesan dari ikhwan tersebut. :(

Sahabat saya jatuh cinta, masalah yang ”mungkin” dianggap sepele bagi beberapa orang, apalagi bagi ikhwan-akhwat. Tapi ketika penerimaan dan pengelolaan yang tidak tepat, justru menjadi bumerang buat diri kita. Saya jadi ingat kata-kata seorang ustadz ”kita kadang bersikap lebih ketat daripada syariat, walaupun dalam perkara lain kadang justru melonggarkannya. ” Bukankah cinta itu anugrah, sesuatu yang patut kita syukuri keberadaannya? Bukankah fitrah ketika jatuh cinta (kepada lawan jenis). Bahkan seorang aktivis sekalipun? Karena aktivis pun adalah manusia biasa. Jadi kenapa harus menutup semua ruang untuk menghindari cinta? Padahal kita tidak pernah tahu kapan cinta akan menyapa. Dan ketika cinta menyapa, maka tak bisa dilogika. Tapi hendaknya kita juga menyadari, bahwa cinta itu harus kita letakkan pada tempatnya yang tepat, jangan sampai terbuai ataupun merana karenanya. Karena itulah ada batasan syariat yang menjaga agar fitrah kita tetap dalam koridor yang benar.

Awalnya saya seolah-olah tidak percaya bahwa sosok yang begitu tegar dalam pandangan saya, seseorang yang selama ini tidak pernah mengeluh tentang apapun, namun akhirnya jatuh.... karena cinta. Padahal selama ini beliau dikenal sebagai akhwat yang cukup tegas, bahkan cenderung kaku terhadap ikhwan. Mungkin karena itulah, aplikasi yang terlalu ketat bahkan lebih ketat dari syariat, hingga akhirnya merasa kalah, dan merasa melakukan dosa besar yaitu jatuh cinta. dan nasi telah menjadi bubur....

Yang saya sesali sampai saat ini adalah, saya ternyata belum bisa ”membaca” sahabat saya, orang yang selama ini dekat dengan saya. Tapi bebannya tidak pernah saya ringankan, bahkan tidak saya ketahui. Saya selalu berasumsi bahwa beliau baik-baik saja, karena memang tidak pernah bercerita. Padahal saya sudah mengetahui, karakternya yang introvert membuatnya sulit bercerita. Kenapa tidak dari dulu saya memaksanya untuk bercerita ya? Mungkin kalau sudah dibujuk kan luluh juga....

Saya jadi lebih menyadari bahwa terkadang kita perlu seseorang sebagai tempat berbagi bahagia maupun duka, walaupun sebenarnya hanya kepada Allah kita mengadukan semuanya. Kalau seorang teman mengistilahkan, kita butuh seseorang sebagai ”keranjang sampah” atau ”recycle bin” . Kedengarannya kasar ya? Tapi memang begitulah.... Walaupun kita mungkin orang yang sangat tegar, ada saat-saat tertentu membutuhkan orang lain untuk ”didengar”... meski hanya sekedar mendengarkan, tanpa bisa memberikan solusi. Paling tidak bisa mengurangi sedikit beban.... Bahkan dari artikel yang pernah saya baca, saat kita mengasuh anak2, bersahabat dekat dengan seseorang dan berbagi dengannya, maka hal tersebut akan meningkatkan hormon oksitosin yang punya efek menenangkan dan mengurangi rasa emosional.

Tapi hati-hati juga dalam memilih recycle bin, seseorang yang amanah seharusnya. dan beban juga bagi seseorang yang sering menjadi tempat curhat, karena dia harus berhati-hati menjaga apa yang dititipkan padanya....
Tapi kadang capek ya jadi recycle bin....:)

NB: ada artikel yang berkaitan, kiat mengelola stres, baca di rumah sehat ya...

Yang Datang dan Yang Pergi

Many people…
Walk,
Come,
Then go….
In our life.
But only few people…
That leave footsteps,
In our heart.


Adik kos saya bercerita bahwa dia mendapat tugas untuk menulis cerita dengan topik ”About Myself”. Cerita itu harus lengkap dari masa kecil sampai sekarang. Juga harus ada benang merah antara masa lalu dan masa sekarang sehingga membentuk jalinan cerita yang utuh tentang dirinya. Akhirnya saya pun ikut terinspirasi, mencoba menelusuri sejarah kehidupan saya sendiri.

Dari situlah kemudian saya menemukan betapa banyak peristiwa yang saya alami, baik suka maupun duka, baik biasa maupun luar biasa. Saya juga menemukan orang-orang yang telah memberikan pengaruh pada kehidupan saya, tidak hanya orangtua, keluarga tapi juga teman-teman saya, dan orang lain yang pernah memberikan pengaruhnya.

Saya baru menyadari, ternyata ada sangat banyak orang yang telah datang dalam hidup saya, ada yang kemudian singgah cukup lama, ada pula yang sekedar numpang lewat namun telah mempengaruhi saya dalam banyak hal. Dan juga banyak orang yang kini telah pergi dari kehidupan saya, pergi dalam arti kembali ke haribaanNya, maupun pergi karena kami sudah kehilangan kontak sama sekali:(

Saya bersyukur karena ada beberapa sahabat yang dulu telah kehilangan kontak, sekarang mereka datang lagi dalam kehidupan saya. Ada mantan rival saya dari SD sampai SMA, sejak lulus SMA saya kehilangan kontak dengannya. Dan alhamdulillah dua bulan yang lalu, dia menghubungi saya setelah mendapat nomor telp dari teman yang lain. Senangnya, setelah hampir lima tahun pergi, ternyata dia kembali lagi sebagai teman, bukan rival lagi :) Kalau sebagai rival, kali ini saya kalah telak deh, soalnya dia sudah sukses dan mapan. Ada juga tiga orang sahabat SMP, sejak lulus kami tidak bertemu. Dan alhamdulillah, sejak beberapa bulan yang lalu kami kembali dekat setelah berpisah selama delapan tahun!

Sedih juga kalau mengingat orang-orang yang telah pergi dari kehidupan kita. Meninggalnya eyang putri, sosok yang sangat dekat dengan saya. Juga kemarin ada berita teman SMA ada yang meninggal karena sakit. Dan saya juga teringat, ada sahabat SMP yang sudah seperti adik bagi saya, setahun yang lalu dia pindah alamat dan nomor telp tanpa meninggalkan pesan apapun :(

Namun, ada yang sangat saya syukuri, karena ternyata saya punya teman-teman sepanjang masa. Ada empat orang teman (meski masih ada beberapa yang lain) yang tetap dekat walaupun kami tinggal berjauhan, satu di Jakarta, dua di Yogyakarta, satu di bandung- alhamdulillah sekarang sudah dia pulang klaten lagi. Walaupun jauh dan nyaris tidak pernah bertemu, tapi kami masih saling mengontak, setiap ada peristiwa penting, masih sering saling curhat juga :) Tak terasa sudah delapan tahun kami bersahabat.

Aahh.... ternyata banyak sekali orang-orang yang datang dan pergi. Bahkan ada beberapa teman, yang hanya sebentar saya sempat mengenalnya, tapi sudah banyak memberikan pengaruh dalam hidup saya. Lima, sepuluh tahun lagi (kalau Allah memberi umur panjang) tentunya akan bertambah panjang daftar orang-orang yang telah berpengaruh dalam hidup saya.

Yang jelas saya sangat berterima kasih pada semua orang yang pernah datang dalam hidup saya. Kadang saya berpikir, seperti apa ya pandangan mereka tentang diri saya? Apa yang mereka kenang dari saya? Jangan-jangan tidak ada kenangan sama sekali atau yang ada hanya kenangan buruk? ah...sedihnya. sepertinya senang ya kalau kita bisa meninggalkan jejak (jejak yang manis tentunya) dalam hidup dan hati orang lain. Ayo berusaha.... selalu lakukan yang terbaik yang kita bisa untuk semua hal, semoga dengan itu Allah ridha dengan kita, juga orang lain akan ridha dengan kita, sehingga kita punya jejak dalam hati mereka...

Jadi ingat sepenggal tausiyah...

”wahai manusia, saat kau dilahirkan ibumu, kau menangis dan orang di sekitarmu tertawa. Berikan karya terbaikmu, sehingga kelak kau tersenyum bahagia saat orang-orang menangisi kepergianmu.”

Mengukur FQ (Financial Quotient / Kecerdasan Finansial)

Setelah IQ (Intellectual Quotient ), EQ (Emotional Quotient ), SQ(Spiritual Quotient), sekarang ada FQ (Financial Quotient). Kecerdasan finansial adalah kemampuan seseorang untuk mendayagunakan kemampuan pribadinya dalam mendapatkan dan mengelola uang. Kecerdasan ini dibutuhkan agar kita tidak terjebak dalam dua kutub permasalahan keuangan: kekurangan uang atau kelebihan uang(?). Kekurangan uang menyebabkan seseorang selalu disibukkan dengan permasalahan-permasalahan mencari uang, dan ini bisa membawa dirinya menjadi gelap mata dan akhirnya menghalalkan segala cara untuk memperoleh uang. Kelebihan uang menimpa seseorang yang punya uang melimpah tapi dia tidak mampu mensyukurinya dan tidak berbahagia.

Ketika kita baru lahir, maka skor FQ kita adalah NOL, karena kita sama sekali tidak bisa memenuhi kebutuhan finansial kita secara mandiri. Selanjutnya, semakin bertambah usia maka kita akan banyak belajar dan mulai punya kemampuan untuk menghasilkan sesuatu dan mengurangi ketergantungan terhadap orangtua.

Misal saat SMU kebutuhan kita perbulan sekitar Rp.400ribu. Kemudian kita punya usaha sambilan berjualan makanan kecil di kelas dengan penghasilan bersih Rp.50ribu. Maka skor FQ = 50/400 = 0,125. Selanjutnya ketika kita kuliah, kebutuhan kita meningkat Rp600ribu sebulan. Tapi ketika kita kuliah, kita sudah memiliki banyak link. Sehingga usaha jualan makanan kecil di kelas, meningkat menjadi jualan di kos-kosan, cukup dititipkan di kost teman-teman kita. Dan penghasilan bersih kita menjadi 150ribu per bulan. Maka skor FQ kita menjadi 150/ 600 = 0,25.

Usaha kita terus berlanjut, hingga akhirnya kita menjadi agen makanan kecil yang cukup mapan, dan punya jaringan yang lebih luas sehingga penghasilan per bulan Rp600ribu. Maka skor FQ kita menjadi 600/600 = 1

Skor 1 adalah skor kemandirian, atau juga disebut skor independensi, yang berarti kita telah melampaui tahap dependensi!!!

Jadi mari kita menghitung, berapa skor FQ kita sekarang?! (jadi malu sendiri :) )
Kemudian mari susun langkah untuk menaikkan skor FQ kita! Ambil kertas dan pena, segera tulis plan kita ke depan!

(insyaAllah ada kelanjutannya.......)

Friday, June 23, 2006

Ganti template (tt Hitam, putih, abu-abu,juga biru….)

Alhamdulillah, akhirnya saya memutuskan untuk ganti template. Karena alasan-alasan tertentu kali ini dominasi warna abu-abu, tapi tetap ada birunya (padahal sebenarnya saya kurang suka warna biru). Adik saya protes karena saya pilih dominasi abu-abu, katanya ”kesannya suram, mendung….”

Berbicara tentang warna, saya suka warna hitam dan putih. Karena menurut saya keduanya adalah warna-warna yang jujur. Ternyata saya juga menyukai warna abu-abu (tapi ga ngaku kalo suka abu-abu!), padahal abu-abu adalah warna yang sangat tidak jujur. Karena ternyata tidak di setiap waktu kita bisa mengatakan hitam atau putih., bisa menunjukkan sikap hitam atau putih. Kadang kita sering memilih berada di area abu-abu.

Orang-orang yang punya karakter “tidak tega-an” sering memilih posisi abu-abu (sepert saya :( ) padahal, seringkali posisi abu-abu ini justru membuat diri sendiri jadi ”makan hati”. Habis gimana? Ga tega kalo harus menyakiti orang lain. Kalo saya disakiti, kan yang sakit cuma satu orang, yaitu diri saya sendiri. Tapi kalo menyakiti orang lain, kan yang sakit ada dua orang, orang yang saya sakiti, dan diri saya sendiri (karena terus-menerus didera rasa bersalah).

Tapi ternyata, terus menerus bersikap abu-abu menyakitkan juga ya.... Sepertinya koq kita jadi kurang dihargai gitu. Karena orang lain jadi berfikir,bahwa akan selalu ada stock beribu maaf dan selalu ada stock beribu terima kasih di gudang hati orang yang berkarakter ”ga tegaan”. Tapi... biarpun diri ini pengin marah, tetap aja ga bisa, yang keluar justru segudang permakluman.....

Sepertinya saya perlu belajar, untuk bersikap hitam-putih. Karena kejujuran, walaupun pahit tapi lebih membawa kebaikan. Karena seringkali ketidakjujuran (walaupun cuma tidak jujur pada diri sediri) akan diikuti ketidakjujuran yang lain. Teman saya bilang, ketegasan memilih untuk bersikap hitam-putih, seringkali menunjukkan penghargaan terhadap diri kita sendiri. Kalau kita tidak menghargai diri kita sendiri, bagaimana orang lain akan menghargai kita?!

agak ga nyambung ya... yo wis lah biarin aja. Saya sendiri juga bingung dengan tulisan ini.

Pokoke intinya saya ganti layout! Pake template yang sdh ada, soale belum tahu caranya ganti template selain yang sdh disediakan. Sengaja ganti, mumpung kemarin baru saja kontemplasi diri, jadi biar ada ”penanda”. Biarpun dominasi abu-abu, tapi kan masih ada warna birunya, biar ga berkesan mendung.... eh...teman saya bilang, biru itu katanya matang dan bijaksana :) . Doakan ya... biar benar-benar bertambah matang, bijaksana dan lebih arif dalam menjalani hidup dan memaknai kehidupan. Amin.

Tuesday, May 30, 2006

Gempa di Klaten Tercinta, SALURKAN KEPEDULIAN ANDA

Sabtu, 27 Mei 2006 pukul 05.50 WIB

Kampung halamanku tercinta diguncang gempa, yang cukup memporak-porandakan bangunan-bangunan, bahkan korban jiwa cukup banyak (berita terakhir korban di Klaten >800 orang)

Kejadian itu menyisakan kesedihan dan trauma yang jelas terbaca di wajah para korban. Bahkan di kampung saya (Sumyang, Jatipuro, Trucuk), walaupun tidak ada korban jiwa, tapi masyarakat masih trauma. Mereka tidak berani tidur di dalam rumah, jadi sejak hari sabtu warga tidur di teras-teras atau di jalan-jalan depan rumah, karena khawatir dengan gempa susulan.

Kejadian ini menguatkan kesadaran bahwa ”hanya Allah yang Maha Kuasa, Maha Pembuat segalanya, Maha Penentu segalanya, selalu mengawasi kita dibelahan bumi yang manapun kita berada”

JARINGAN MAHASISWA ISLAM KLATEN (JAMAIKA)
membuka posko bantuan dipusatkan di Sekretariat JAMAIKA di Karangnongko, Ketandan, Klaten Utara (Rumah Bapak Sungkono-Ibu Prembayun)

Bagi yang mau menyalurkan sumbangan bisa diantarkan ke sana atau hub
CP Furqon 081 328 033 895
Sungkono 081 328 073 813

Sumbangan diutamakan bahan makanan kering, makanan bayi, makanan siap saji

Yang mau menyumbangkan dana bisa transfer ke rekening berikut:

Bank Syariah Mandiri Capem Klaten
No rekening 0370015237
Atas nama Ninik Dwi Astuti

Bank Mandiri KCP Klaten
No rekening 138-00-0409779-1
Atas nama Ninik Dwi Astuti


Habis transfer usahakan konfirmasi ke ninik 085 629 855 62

Berduka dalam Tenang

Beberapa hari terakhir ini, disaat saya memasuki fase usia baru (waa... tambah tua nih :( ) saya mengalami beberapa kejadian ang kurang mengenakkan, cukup menguras air mata (cie....) Tak ada yang saya salahkan. Kondisi yang saya jalani saat ini adalah konsekuensi dari pilihan hidup saya. Duka yang saya alami saat ini saya anggap sebagai bagian tarbiyah untuk mendewasakan saya, semoga bisa menjadikan saya untuk lebih bijak dan arif dalam menjalani dan memaknai hari-hari mendatang di sisa usia saya.

Duka ini,
Adalah duka yang tenang:
Sepenuh kesungguhan
Aku menutup sepenggal episode perjalanan
Sepenuh kesadaran
Aku bangun dari sebuah mimpi kehidupan
Sepenuh jiwa
Aku menguburnya dalam kenangan masa silam
Sepenuh keyakinan
Aku mengantarnya
Dari jalan panjang hidupku ke depan

Aku berduka, dengan duka yang tenang:
Atas keyakinan,
Kekecewaan ini adalah wajar adanya
Atas kepastian,
Proses hidup memang demikian jalannya
Atas kepercayaan, esok kan datang bahagia
Aku berduka dalam tenang


puisinya mba azimah rahayu, dg bbrp perubahan...


solo, akhir Mei-awal menapaki fase usia baru

Doa untuk Orang Tua, Kita dan “Si Dia”

Doa..., saya yakin kalau kita pasti telah melantunkan banyak doa, juga doa untuk mendapatkan pasangan (topiknya koq ”merah jambu” lagi ya :) ) Mungkin juga sambil mengira-ira. Kapan ya pasangan kita akan datang.... Kita harus yakin, bahwa Allah akan mengabulkan doa kita hanya waktunya yang sering tidak kita ketahui. Insya Allah ”si Dia”, orang yang tepat bagi kita akan datang pada saat yang tepat.

Nabi Zakaria a.s. tak putus-putusnya berdoa memohon keturunan, doanya diabadikan dalam QS Al- Anbiya: 89
”Ya, Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri, dan Engkaulah ahli waris yang terbaik”

Doa yang indah ya....., bisa kita tiru. Jangan lupa memohon agar dikaruniai pasangan yang shalih...yang terbaik buat kita menurut Allah (terbaik menurut Allah lho...bukan terbaik menurut kita! )

Kita juga bisa berdoa menurut perantaraan orang tua kita. Kan orang tua juga ”berhak” mendapatkan doa kita. Karena pasangan anaknya (menantu) akan menjadi bagian dari keluarga besar tho? Ada yang mengajari doa sederhana,”Ya Allah, karuniakan kepada ayah dan ibuku, seorang menantu yan shalih, yang akan menjadi pasangan anaknya ini, meniti jalan menuju ridho-Mu”

Oh,ya.... sudahkah kita mendoakan ”si Dia”???
Waa... kenal aja belum, gimana mau mendoakan? Iya, kita doakan saja, siapapun jodoh kita, dimanapun saat ini dia berada, semoga istiqomah dalam bergerak, mencintai kebaikan, dijauhkan dari keburukan.
”Ya Allah, siapapun jodohku kelak, jagalah dia agar istiqomah dalam agama-Mu, Semoga dia selalu mencintai-Mu, mencintai Rasul-Mu, dan mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai Rasul-Mu. Ya Allah, jagalah dia agar istiqomah dan tetap bersemangat dalam berdakwah, menyeru pada kebaikan, menegakkan kalimah-Mu. Ya Allah, jagalah dia dari keburukan dan jagalah dia agar tidak larut dalam kecintaan kehidupan dunia.”

Ada yang punya doa lain, silakan saja....

(terinspirasi dari tulisan mba Rahmadiyanti)

Beberapa Catatan Bagi yang Akan Ta’aruf

Kebetulan, ada sahabat saya sedang menjalani proses ta’aruf untuk menuju pernikahan. Selama ini kami memang cukup dekat, sehingga saya pun membersamai dan menemani beliau dalam menjalani prosesnya. Ada banyak hal yang saya dapatkan dan saya pelajari (lumayanlah.... buat bekal kalo nanti saya menjalani proses taaruf :) )

Dan saya ingin membaginya, kali aja diantara teman-teman yang mampir ke blog saya ada yang akan atau tengah menjalani proses ta’aruf:

1.Adanya keterbukaan
Keterbukaan merupakan hal yang mutlak. Dalam proses taaruf kedua belah pihak harus menyampaikan hal-hal tt dirinya dengan jujur dan terbuka, termasuk tentang kondisi keluarga. Hal-hal yang dirasa masih mengganjal di hati harus disampaikan terus-terang, walaupun itu mungkin hal kecil yang terlihat sepele, misal: ada keminderan dari keluarga, kondisi keluarga saat ini, penerimaan keluarga terhadap calon yang diajukan, dsb.

2.Komunikasi yang jelas dan lancar
Usahakan untuk bisa berkomunikasi secara langsung (dengan tetap memperhatikan batasan syariat), bisa telp atau yang lain, bisa juga lewat sms (tapi kadang bahasa tulis mengundang multi tafsir). Ketika ada perbedaan, kejanggalan segera diklarifikasi, jangan ditunda-tunda.

3.Pengkondisian keluarga dan adanya strategi loby
Pengkondisian keluarga seringkali dilupakan, sehingga ketika proses sudah berjalan tersandung dengan keberatan-keberatan dari pihak keluarga tentang hal-hal yang tidak prinsip, misal: prinsip menikah tanpa pacaran hingga saat ini belum lazim, sehingga orang tua merasa kaget ketika tiba-tiba anak gadisnya dilamar oleh pemuda setelah masa taaruf yang singkat, 1 bulan misalnya. Sosialisasikan proses pernikahan tanpa pacaran jauh hari sebelumnya, sosialisasikan juga kriteria pasangan ideal kepada orang tua.

Kemudian ketika sudah ada kesepakatan, seringkali butuh loby yang agak panjang kepada orang tua. Apalagi bila orang tua belum dikondisikan sebelumnya. Dalam menjalani proses loby ini diperlukan rancangan strategi dari kedua belah pihak, agar gool.... ortu yakin,trus jalan deh.....

4.Didampingi pihak-pihak yang berpengalaman
Adanya pihak-pihak yang mendampingi (bisa guru ngaji atau orang shalih yang dituakan) akan membantu menjaga proses agar tetap dalam batas syar’i. Selain itu mereka juga bisa memberikan masukan-masukan dan saran-saran jika selama proses ternyata ada hambatan baik dari keluarga atau pun pihak lain.

Jangan lupa, pertimbangan keluarga tetap diutamakan, tetapi seringkali butuh pertimbangan dari luar keluarga, terutama pihak yang sudah berpengalaman membantu proses taaruf. Mereka bisa membantu juga menentukan strategi loby.

5.Kesiapan Mental dan kematangan emosional
Ini penting banget. Masa-masa proses merupakan masa ”rawan” sehingga butuh ketenangan dan konsentrasi. Pengambilan keputusan, menentukan langkah-langkah ke depan, merencanakan loby itu butuh ketenangan, pertimbangan yang matang, jangan tergesa-gesa karena emosi sesaat (yang jelas logika > emosi). Harapannya kan menikah itu sekali untuk seumur hidup...

Kematangan emosional juga perlu untuk mempersiapkan diri, bila ternyata proses taaruf tidak bisa dilanjutkan sampai jenjang pernikahan. Ikhlaskan hati menerima apapun hasilnya, karena Allah tahu yang terbaik buat kita, apa yang Allah berikan adalah selalu yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

6. Faidza ’azzamta fattawakal ’ala Allah
Ketika kedua belah pihak sudah berazzam, kuatkan azzam itu terutama untuk mempertahankan prinsip ketika nanti ternyata banyak hambatan. Misal dari keluarga. Berusaha maksimal (tapi jangan membabi buta) mempertahankan prinsip, idealisme dan pilihan. Baru kemudian serahkan hasilnya pada Allah semata., karena manusia hanya dapat berencana, sedang Allah yang Maha Penentu.

Ada yang mau menambahkan daftar ini??? Sepertinya sdh banyak diulas di buku-buku panduan menuju pernikahan Islami ya?!

Wednesday, May 24, 2006

Asal nulis...

Ternyata sudah lebih dari sebulan, saya tidak ngupdate blog, babar blas ga posting :)
Sebenarnya pengin posting sih, tapi berhubung sebulan ini banyak yang harus dikerjakan dan butuh konsentrasi lebih, yah dengan sangat terpaksa blog nya dicuekin lagi.
Yo wis lah, ini asal nulis aja, sebulan ini ada banyak peristiwa yang saya hadapi, banyak pelajaran yang saya dapat, semoga semua itu menjadi bagian dari proses pendewasaan diri saya :)
Dua minggu yang lalu, keponakan saya lahir. Sahabat saya, andina, alhamdulillah sedah melahirkan mujahid kecil. namanya Muhammad Fiidinillah Aziz Saleh. sayang sampai hari ini belum ketemu, soalnya masih di tempat eyangnya, belum dibawa ke solo. Terlantun doa "semoga menjadi anak yang shalih, menyejukkan pandangan orangtuanya, berbakti kepada agama, orangtua dan bangsa." amin. Trus buat Andina & Pak Fitra, selamat menjalani peran baru, menjadi ayah dan ibu. Barakallahu fiik...
Trus,tentang Merapi yang lagi batuk-batuk. Wah, agak deg-degan juga neh. soalnya klaten-merapi kan ga jauh-jauh banget. Kadang sih kena hujan abu juga. Sedih juga, belum berkesempatan membantu jadi sukarelawan di Merapi, kemarin ga diajak teman-ten Mer-C ke sana. tapi yo ga papa lah, semua dengan peran masing-masing.
Cerita lain, sudah dua minggu ini daerah kos-kosan saya diacak-acak maling alias pencuri. Hampir tiap malam ada kos yang kecurian. Bahkan pernah dalam satu malam, lima kos disatroni maling. Akhirnya untuk menjaga keamanan, tiap malam ada jadwal jaga kos deh. Tapi kabar baiknya, alhamdulillah empat maling sudah ketangkap, dan "gosipnya" masih sisa 14 orang temannya!!!Moga aja cepet ketangkap deh.

Wednesday, April 12, 2006

Selamat hari lahir, saudariku

Alhamdulillaahirabbil’alamiin.
Terlantun syukur dari hati dan lisan atas segala nikmat dan kesempatan ukhuwah yang telah Allah limpahkan. Sebuah anugrah besar berkesempatan mengenalmu. Ada banyak hal yang kemudian memberikan warna tersendiri dalam perjalanan hidup kita. Mengisi lembar-lembar perjalanan dengan kebersamaan yang penuh dengan ragam kisah. Semua memberi arti bagi proses panjang pendewasaan kita.

Kita telah bersama melewati masa-masa yang menyenangkan, juga waktu-waktu penuh kedukaan. Bahkan ketika setahun yang lalu kau berkesempatan menggenapkan setengah din, saat akad nikah, saat-saat yang mendebarkan bagimu, juga menjadi mendebarkan bagiku. Sungguh, semua telah banyak memberi pelajaran bagiku. Ya, mengenalmu dulu, dan sekarang, walaupun telah banyak waktu kita lalui, rasanya aku masih belum mengenalmu seutuhnya. Karena selalu saja ada hal-hal baru yang membuatku terkaget-kaget, dan tersadar, lagi-lagi kau mendahului aku beberapa langkah di depan :)

Tapi terimakasih saudariku, aku begitu menikmati saat-saat kita bersama. Walaupun mungkin ada banyak sisi dimana kita belum bisa berbagi, tapi kadang sisi misterius itu yang menjadi warna tersendiri.

Barakallah ya ukhti fiddin. Sekarang anti sudah tambah usia. Semoga bertambahnya usia, mampu menyadarkan kita untuk lebih bersikap dewasa dan lebih bijaksana. Melangkahkan kaki pada usia baru, juga menjelang fase kehidupan baru : menjadi seorang ”ibu”. Jaga baik-baik mujahid kecil, calon keponakanku. Persiapkan diri dan jaga kesehatan. Jangan memaksakan diri lari-lari di kampus (aku ga tega melihatmu lari-lari mengejar dosen, dengan tas punggung yang sarat bawaan, padahal kandunganmu sudah besar tuh :) )

Tausyiah suamimu tempo hari membuatku terus berpikir dan merenung.
”Sahabat sejati bukanlah seseorang yang selalu ada kapan pun kita membutuhkan. Tapi sahabat sejati adalah seseorang ketika kau memandangnya, maka wajahnya mengingatkanmu pada Allah SWT”
Sudahkah kita menjadi sahabat sejati? yang bisa saling mengingatkan, saling mencintai hanya karena Allah SWT, selamanya.... sehingga semoga kelak kita termasuk di antara tujuh golongan yang dinaungi Allah SWT. Amin.

Solo, 8 April 2006
Teruntuk saudariku, Andina Widyastuti
Yang baru saja menapaki fase usia baru.
Barokallohu fiik.

Friday, April 07, 2006

Bila suara hati menyapa

Adakah yang lebih bening dari suara hati, kala ia menegur kita tanpa suara?
Adakah yang lebih jujur dari nurani, saat ia menyadarkan kita tanpa kata-kata?
Adakah yang lebih tajam dari mata hati, ketika ia menghentak kita dari kasalahan dan alpa?

Saat paling indah dari putaran waktu kehidupan, adalah saat kita mampu secara jujur dan tulus mendegar suara hati.Sebab, dari sanalah banyak tindakan dan perilaku kita menemukan arahnya yang benar. dari sana amal-amal dan segala proses kehidupan kita memiliki pijakan yang kokoh: niat dan orientasi yang lurus.

Istafti qalbak. mintalah fatwa pada hatimu...

"Mintalah fatwa pada hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa kepadanya dan tenteram pula dalam hatinya. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa, dan ragu-ragu dalam hati, meski orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya" (HR. Muslim)

Sunday, March 19, 2006

Bekam sebagai salah satu terapi

Anda pernah dibekam? Jangan-jangan mendengar tentang bekam saja belum pernah. Padahal bekam termasuk Thibbun Nabawi (metode pengobatan cara Nabi), jadi bekam itu disunahkan lho.

Saya sendiri mengenal bekam belum lama. Awalnya seorang teman bertanya pada saya tentang bekam ditinjau dari segi medis. Setelah bertanya pada teman-teman dekat, ternyata tidak ada yang mengerti tentang bekam, padahal bekam merupakan sunah Rasulullah SAW. Akhirnya malah saya jadi penasaran dan tertarik mempelajari bekam. Alhamdulillah beberapa waktu yang lalu berkesempatan untuk mengikuti pelatihan bekam, jadi sedikit-sedikit mulai tahu tentang bekam, merasakan dibekam, sampai akhirnya belajar membekam orang lain.

Bekam atau hijamah (bahasa lainnya adalah canduk, canthuk, kop, cupping) adalah membersihkan tubuh dari darah yang mengandung toksin dengan penyayatan tipis pada permukaan kulit (disebut juga, mengeluarkan darah kotor).

Bekam merupakan sunnah Rasulullah SAW, dalam hadits shahih yang diriwayatkan Ibnu Abbas, RA
“Kesembuhan itu ada dalam tiga hal, dalam syarthah mihjam (sayatan alat bekam), minum madu, atau sundutan dengan api. Namun Aku melarang umatku melakukan sundutan.”(HR Bukhary)

Walaupun belum ada penelitian ilmiah tentang bekam (semoga segera ada ilmuwan yang meneliti), namun banyak yang sudah membuktikan manfaat bekam sebagai pengobatan. Bekam bisa digunakan untuk terapi sakit kepala, migraine, vertigo, bisul, jerawat, hipertensi, asma, gangguan menstruasi, demam berdarah, asam urat, wasir, lemah lesu, banyak tidur, gagal ginjal, bahkan pada beberapa pengidap tumor mampu menurunkan stadium tumornya.

Prinsip pelaksanan bekam yaitu penghisapan darah dengan alat menyerupai tabung, serta mengeluarkannya dari permukaan kulit dengan penyayatan yang kemudian ditampung di dalam gelas. Bagi yang belum pernah dibekam mungkin merasa ngeri membayangkan rasa sakit ketika ditoreh dengan bisturi/ pisau silet bekam atau ditusuk dengan lancet/jarum. Sayatan bekam tidak lebih sakit dari sakitnya ketika disuntik dokter, karena sayatan sangat tipis, hanya mengenai lapisan epidermis kulit saja, sehingga lukanya pun tidak meninggalkan bekas (scar/jaringan parut) di kulit.

Nah bagi yang belum pernah dibekam, silakan mencoba, dan rasakan segarnya badan setelah dibekam, dan lagi termasuk melaksanakan sunnah Rasul kan?

Pulang, Pulanglah dalam Arti yang Sebenarnya...

“Harta yang paling mahal dan berharga,
Perusahaan yang mudah untuk berinvestasi amal,
Ladang yang subur dimana kita bisa menanam dan
Memetik cinta adalah keluarga”
(puisi kiriman seorang sahabat)


Keluarga. Itulah anugrah kehidupan kita. Muara sesungguhnya, tempat kita selalu berlabuh, berteduh dari ketakutan, kekecewaan, pulang dari keletihan fisik maupun hati. Itulah sebenarnya makna keluarga, sebagai apapun posisi kita di sana, ayah, ibu, maupun anak. Keluarga selalu menerima kita tanpa banyak menuntut.

Namun kita sering menomorsekiankan keluarga. Kita lebih mementingkan pekerjaan kita, bahkan lebih mementingkan teman-teman kita daripada keluarga kita sendiri. Seringkali kita menjadikan rumah hanya sebagai tempat persinggahan belaka. Walaupun secara fisik kita “pulang”, namun berapa kali kita “pulang” dalam arti yang sebenarnya? “Pulang” dengan menghadirkan fisik dan jiwa kita. Bahkan mungkin ada diantara kita yang menghindari pulang, karena merasa tidak nyaman dengan keluarganya, karena suasa rumah yang terasa “panas” dan “sumpek”.

Baiti jannati, rumahku surgaku. Demikianlah seharusnya. Rumah kita menjadi surga buat kita. Siapa yang bertanggungjawab menciptakan surga di rumah, tentulah para penghuninya, apapun posisi kita. Keluarga adalah kita dan milik kita. Kita tidak mungkin lepas dari keluarga, walaupun kita berusaha menjauhinya. Sehingga setiap anggota keluarga wajib mengupayakan agar kedamaian itu ada dalam keluarga kita, wajib mengupaakan perbaikan ketika ada masalah dalam rumah kita.

Maka bagaimana mungkin kita akan menciptakan “baiti jannati” itu ketika kita tidak pernah “pulang”? Padahal, tidak pernah ada cukup waktu yang kita sediakan buat keluarga kita. Sebelum usia kita berakhir, masih ada sisa waktu yang bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya. Sebelum segalanya usai, sediakanlah waktu untuk keluarga kita, untuk orangtua kita, anak-anak, dan saudara kita. Jangan sampai ketika semua sudah terlambat, kita baru menyadari dan berkhayal “andai kita “pulang” ke keluarga kita lebih cepat”. Bersegeralah untuk pulang kepada keluarga kita, dan mulailah untuk memciptakan surga di rumah kita, apaun posisi kita.

Terinspirasi dari Tarbawi, edisi Maret.

Falsafah Gerak

Alhamdulillah, saya berkesempatan membaca buku “Membudayakan Etos Kerja Muslim” karya KH Toto Tasmara, walaupun cuma pinjam dari teman :). Buku ini banyak menginspirasi agar kita memiliki semangat untuk memberikan pengaruh positif kepada lingkungan kita dengan memegang motto “bekerja itu ibadah, berprestasi itu indah”. Salah satunya adalah penjelasan tentang falsafah gerak.

“Bergeraklah kamu, karena diam bisa mematikan.”

Sebagai pertanda bahwa kita masih hidup adalah jantung kita yang terus bergerak, jantung terus bekerja mengalirkan darah ke seluruh tubuh kita. Seperti itulah seharusnya kita hidup di dunia, terus bergerak, terus bekerja mengarungi setiap penjuru di sepanjang rentang hidup kita. Ketika kita berhenti bergerak, maka saat itulah kita justru membunuh diri kita sendiri, ketika otak tidak diajak berfikir, maka ia akan tumpul dan tidak mampu lagi menghasilkan ide-ide cemerlang. Ketika otot dan sendi-sendi kita tidak bergerak, maka sendi akan jadi kaku, otot akan mengecil dan akhirnya tubuh kita menjadi susah digerakkan. Ketika kita dalam kondisi seperti itu, dimana otak tidak mau diajak berfikir dan tubuh tidak mau digerakkan, maka sama saja kita “mati”, walaupun jantung masih berdetak, tapi kita telah mati dalam hidup. Jadi gerak itulah yang menjadikan hidup kita menjadi bermakna.

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di permukaan bumi, dan carilah karunia Allah…” (QS Al Jumu’ah:10)
Sebagai seorang muslim, kita tidak terpenjara dalam ibadah ritual saja. Tapi ayat tadi menginspirasi kita untuk mampu mengambil makna dari setiap ibadah yang kita lakukan. Puncak dari rukun Islam adalah haji, Dalam berhaji terdapat berbagai makna yang seharusnya menjadi motivasi besar kita untuk menjadi pribadi yang tehormat dan beretos kerja tinggi.

Diawali dengan ihram, seakan-akan menggambarkan bahwa kita akan melakukan simulasi kematian. Nurani kita diingatkan bahwa hidup kita tidak lain mengarah pada kematian. Setelah menyadari hakikat kematian, kemudian bergeraklah mengarungi seluruh penjuru dunia.

Thawaf, mengelilingi kabah berbentuk segi empat, diawali dari garis coklat yang sejajar batu hitam, bergerak melawan jaruh jam sebanyak tujuh kali. Mengapa kita mengelilingi kabah yang berbentuk segi empat, bukan segi tiga? Kita diingatkan agar mengarungi seluruh penjuru mata angin, betapa dunia ini global, tidak sempit, di dalamnya ada berbagai hikmah yang bisa kita raih. Bahwa hidup penuh dengan warna-warni (plural). Ingatlah putaran kita harus tujuh putaran, karena satu pekan itu ada tujuh hari, dan kita bergerak melawan jarum jam berarti kita harus terus bergerak menghadapi setiap tantangan yang ada. Bahwa hidup adalah perjuangan, adanya ujian justru akan menguatkan kita. Ketika thawaf diawali dari garis coklat, maka dalam hidup, ketika kita bergerak diawali dari pintu rumah kita, terus bergerak mengelilingi karunia Allah, menebarkan prestasi, sampai ketika senja menjelang kita sampai di rumah untuk mengulang perjalanan di esok selanjutnya lagi.

Setelah thawaf, kemudian diteruskan dengan sa’i yang berarti ikhtiar (yaitu memilih yang terbaik). Mengawali ikhtiar dengan hati yang bersih dan suci (shafa) untuk meraih cita-cita dan mewujudkan harapan jadi pribadi mulia dan terhormat (marwah).

Setelah keinginan kita tercapai, maka kita bersegera untuk wukuf (berhenti), untuk melakukan kontemplasi/perenungan sehingga kita tidak menjadi takabur. Jangan terus-menerus bergerak, tapi sekali waktu kita perlu berhenti sejenak, menambatkan batin di terminal Ilahi, tafakur! Tangkaplah bayangan diri kita, bercerminlah di atas kolam yang tenang, muhasabah atas perjalanan yang telah kita lakukan. Jadikan shalat kita sebagai pelabuhan hati, berhenti sejenak untuk kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Dan wukuf harus di Arafah! Perhentian kita harus di Padang Arafah (arafah berarti mengenal diri). Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu, barangsiapa mengenal dirinya niscaya dia mengenal RabbNya. Haji disebut sah ketika sudah wukuf di Arafah, memberi simbol bahwa seseorang yang mengenal diri (‘arafa) kemudian ditindaklanjuti dengan hanya berpihak pada kebenaran (ma’ruf) sehingga dirinya menjadi seorang yang arif!

Haji yang mabrur. Mabrur berasal dari kata al-birru yang berarti kebenaran. Maka haji mabrur adalah haji yang selalu berpihak pada kebenaran.

Belajar....tanpa Henti

Alhamdulillah, hari ini banyak teman-teman yang wisuda. Jadilah saya menyempatkan diri menghadiri prosesi wisuda, supaya bisa bertemu teman-teman, sekedar ngasih ucapan selamat (sambil jualan bunga wisuda…. Nah lho…)

Seringkali kita menganggap bahwa wisuda merupakan akhir dari masa belajar kita. Sehingga, begitu lulus, rasanya malas untuk belajar, bahkan untuk sekedar membaca (menurut survey, minat baca penduduk Indonesia sangat rendah :( ).

Padahal, wahyu pertama yang turun (QS Al Israa:1-5), ayat pertama adalah “iqra” (arti secara bahasa adalah “membaca”). Dan kata iqra ternyata diulang sampai dua kali! Ini kan menunjukkan bahwa membaca itu penting banget! Dengan membaca kita bisa belajar tentang banyak hal yang belum kita ketahui, kata orang buku adalah jendela dunia.

Jadi kita tidak boleh berhenti belajar, apalagi berhenti membaca, karena menganggap kita sudah lulus. Wisuda bukanlah akhir segalanya. Justru merupakan awal perjalanan untuk membuktikan dan mengaplikasikan ilmu kita. Dan tentunya akan lebih optimal ketika kita terus belajar untuk memantapkan dan mengembangkan ilmu kita.

Buat teman-teman semua yang sudah diwisuda, Barokallahu fiik, semoga Allah memudahkan perjalanan antum, memberkahi aktivitas antum. Buat yang pulang kampong pasca wisuda, semoga Allah memberi kita kesempatan bertemu di episode belajar yang lain, jangan lupa saling mendoakan, semoga kita istiqomah di jalanNya…di belahan bumi yang manapun kita berada dan dalam kondisi apapun

Sulitkah Mengungkapkan CINTA pada IBU ?

Kita mencintai ibu, tentu saja. Kalau mengingat ibu, beliau mengandung kita selama 9 bulan, terus merawat kita dari kecil sampai sekarang, mengajarkan kita banyak hal, tak terhitung pengorbanan ibu.Tapi pernahkah kita ungkapkan cinta kita pada ibu?

Ternyata, hasil survey membuktikan 70% diantara kita belum pernah mengungkapkan rasa cinta pada ibu (majalah Azzam, Februari 2005) secara verbal. Sebagian dari kita berpendapat kalau cinta pada ibu tidak perlu diverbalkan, cukup dengan santun dalam sikap dan perbuatan. Bahkan ada yang belum pernah mengungkapkan cinta pada ibu secara verbal karena takut dikira “gombal” atau sedang “sakit” (apakah kita termasuk di dalamnya?  )

Perlukah kita ungkapkan rasa cinta itu secara verbal? Rasulullah saja mengajarkan agar kita mengungkapkan rasa cinta kita kepada saudara seiman. Logikanya, kalo kepada saudara saja disuruh mengungkapkan, apalagi kepada orangtua, khususnya ibu. Tapi mengapa sebagian besar diantara kita bisa dengan mudah mengungkapkan “ana uhibbuki fillah” (sesama akhwat) atau :ana uhibbuka fillah (sesama ikhwan), tapi merasa berat dan janggal mengatakan “aku sayang ibu” ? (nah lho…)

Menurut saya, sekali-kali kita perlu mengungkapkan cinta kita pada ibu secara verbal, disamping pengungkapan secara nonverbal (dengan perbuatan). Bagaimanapun juga, dengan bahasa akan lebih mengekpresikan perasaan kita. Kalau ada yang merasa canggung untuk mengungkapkan secara verbal, mungkin karena kurang akrab dengan ibu. So, perbaiki komunkasi dengan ibu, cobalah untuk lebih “mendekat”. Kalau bisa, jadikan beliau sebagai “teman berbagi”, insyaAllah ibu tidak pernah keberatan mendengarkan curhat anak-anaknya, bahkan beliau justru merasa dihargai, dipercayai dan dibutuhkan. Bahkan ibu saya pernah protes ketika saya sudah cukup lama tidak “curhat” ke beliau, beliau merasa “jauh” dan “tidak mengenal” saya lagi.

Setelah dekat dengan ibu, kita bisa memanfaatkan momen-momen khusus. Misal saat kita baru pulang (mudik), setelah sekian lama tidak bertemu, ungkapkan kerinduan kita pada beliau. Atau pada momen sederhana, saat ibu membuatkan sarapan buat kita, ucapkan “Aku sayang deh sama ibu, makasih ya, bu”. Bisa juga ketika kita liburan, pagi-pagi kita membuatkan minuman hangat, kemudian kita haturkan ke beliau sambil mengucapkan,” selamat pagi, Bu. Aku sayang ibu”. Ibu tentu akan menyambutnya dengan hangat.

Ibu, sosok yang penuh cinta, yang selalu mencurahkan cinta dan perhatiannya kepada kita. Sebuah ungkapan cinta yang tulus tentu akan membahagiakan beliau. Ketika kita ingat bahwa keluarga adalah obyek dakwah kita yang utama, mungkin hal itu bisa menjadi salah satu cara untuk menyentuh hati keluarga kita. Berani mencoba?!?
“I love You, Mom….”

Menghindari Hipnotis

Akhir-akhir ini banyak penjahat yang memperdayai korbannya dengan mempengaruhi pikirannya. Dengan cara ini mereka dapat memaksa korbannya untuk mengikuti semua perintah. Metode ini diistilahkan dengan hipnotis, gendam, dsb. Ada beberapa tips agar kita dapat terhindar dari gendam:
1. Jangan membiarkan pikiran kosong ketika berada di daerah umum. Pikiran kosong dapat mengakibatkan gerbang telepathic terbuka, sehingga pihak lain dapat dengan mudah menyampaikan pesan secara telepatik.
2. Waspadalah jika tiba-tiba timbul rasa kantuk yang tidak wajar, ada kemungkinan bahwa seseorang yang bermaksud negatif sedang melakukan telepathic forcing.
3. Bagi mereka yang memiliki kebiasaan "latah", sebaiknya jangan bepergian ke tempat umum tanpa teman.Mereka yang mempunyai kebiasaan "latah" cenderung memiliki gerbang bawah sadar yang mudah dibuka paksa dengan bantuan kejutan (shock induction). Hal yang
sama juga berlaku bagi mereka yang mudah terkejut.
4. Jangan mudah panik jika tiba-tiba ada beberapa orang yang tidak dikenal mengerumuni Anda untuk suatu alasan yang tidak jelas. Sekali jangan mudah panik! Karena rasa panik akan mempermudah terbukanya gerbang bawah sadar kita.
5. Jangan mudah panik jika tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahu! Usahakan agar pikiran dan panca indra tetap aktif ke seluruh lingkungan. Jangan terfokus pada ucapan-ucapan orang yang menepuk kita! Segera pindahlah ke daerah yang lebih ramai.
6. Jika secara tiba-tiba, tanpa alasan yang jelas, dada terasa sesak, dan diikuti dengan perut agak mual, dan kepala sedikit pusing, waspadalah karena mungkin ada seseorang tengah mengerahkan energi gendam! Segera lakukan grounding , yaitu meniatkan
membuang seluruh energi negatif ke bumi (cukup visualisasi).
7. Jika terjadi hal-hal yang mencurigakan, segera sibukkan pikiran, agar tetap berada di frekuensi yang mengakibatkan efek hipnotis tidak dapat bekerja! Antara lain dengan senatiasa berdzikir dalam hati, berdoa, menyanyi dalam hati, atau memikirkan hal-hal yang berat.
8. Jika ternyata kita mulai merasa memasuki suatu "kesadaran berbeda" dari biasanya, mungkin kita sudah mulai terpengaruh oleh hipnotis. Jika merasakan hal ini, maka segera niatkan dalam hati: "Dalam 3 hitungan, saya akan kembali sadar dan normal
sepenuhnya ....", kemudian segera hitung dalam hati : "Satu ..., dua, ... tiga."
9. Tanamkan terus menerus di dalam diri bahwa hipnotis tidak akan bekerja bagi mereka yang menolaknya! Hal ini juga berlaku untuk ilmu gendam.
10. Yakinlah bahwa Allah SWT akan selalu menjaga kita, karena itu jangan pernah terputus untuk mengingatnya (dzikrullah).
Disarikan dari artikel Yan Nurindra

Sunday, January 29, 2006

lama ga posting

Assalamu'alaikum
Berhubung banyak yang harus dikerjakan...
akhirnya blog ini lama ga di updet
Sekarang mo posting, lagi ga ada ide mo nulis apa
jadi ya.... gini deh

he...he...
ada yang mo ngasih saran?