Monday, July 31, 2006

Bentar lagi ramadhan........

Allahumma baariklanaa fii rajaba wa sya'ban
wa ballighnaa ramadhan...

Ya Allah, berkahilah kami di bulan rajab dan syaban
Dan sampaikan kami di bulan ramadhan...

Sebentar lagi Ramadhan menjelang, ga sampai dua bulan lho...
Mari persiapkan diri dari sekarang, agar Ramadhan besok bisa kita jelang dengan lebih matang dan lebih optimal dalam menjalaninya..
amien

Thursday, July 13, 2006

Self Healing and Recovery Therapy

Setiap orang pasti pernah mengalami perlakuan dan situasi yang menyakitkan, namun tidak semua orang mau dan mampu secara tulus memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain. Termasuk juga melupakan takdir perjalanan hidup yang tidak menggembirakan. Atau mungkin juga tidak mau memaafkan diri sendiri, dan meyakini hikmah di balik takdir Allah SWT untuk kemudian bisa menerimanya dengan “legowo” (ikhlas).

Proses memaafkan, baik memaafkan orang lain maupun memaafkan diri sendiri, memerlukan kerja keras, kemauan kuat, dan latihan mental (riyadhatun nafs). Karena ini menyangkut soal “hati” (qalb) yang sangat reaktif terhadap stimulant dari luar. Kemampuan manajemen maaf akan membantu kita untuk bisa menikmati hidup dengan lebih indah dan memupuk keluhuran jiwa dan citra diri. Kemampuan memaafkan ini akan membantu kita, khususnya kaum hawa -yang diibaratkan bagai tulang rusuk yang mudah patah :) - untuk lebih ”lentur” sehingga tidak gampang patah, tidak mudah hancur hidupnya, tidak mudah putus tali persahabatan dan kekeluargaannya.

Manajemen maaf merupakan bagian dari ”self healing and recovery therapy” (terapi penyembuhan diri). Ada empat tahapan dari self healing and recovery, yaitu: membalut luka hati, meredakan kebencian/amarah, terapi penyembuhan, dan tahap terakhir yaitu berjalan dan hidup bersama kembali.

Tahap pertama,membalut luka. Sakit hati/kecewa/rasa bersalah yang kita biarkan ibarat luka yang tidak pernah diobati, yang akan mengambil kebahagiaan dan ketentraman hati kita (misal kisah sahabat saya yang tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, akhirnya mengalami depresi, baca di sini), bahkan mungkin mengambil hidup kita. Cobalah menenangkan diri dan sedikit melupakan sakit hati dengan melakukan hal-hal yang kita sukai, bergaul dengan banyak orang, dll.

Tahap kedua, meredakan benci/amarah dan mencoba memaafkan orang lain ataupun memaafkan diri kita sendiri. Berusaha memahami alasan orang lain melakukan tindakan yang menyakitkan tadi atau mencarikan dalih baginya (mencoba husnuzhan-berbaik sangka). Ada pepatah mengatakan, “sebelum menjustifikasi saudara kita, cobalah untuk husnuzhan, carilah 1000 alasan yang mungkin menyebabkan dia melakukan hal itu, hingga akhirnya kita bisa memakluminya.” Begitu juga kalau kita merasa marah pada diri sendiri, coba untuk memaafkan dan memahami alasan kita sendiri.

Tahap ketiga, masa penyembuhan, diistilahkan masa berdamai dengan diri sendiri. Kadang masa ini butuh waktu lumayan lama .... jangan putus asa ketika sudah beberapa minggu koq belum sembuh juga, ketika teringat peristiwa itu masih merasa sakit. It’s ok! Beri kesempatan dan waktu lebih pada diri kita sendiri….

Tahap terakhir, kembali berjalan dan hidup bersama. Ketika sudah pulih, kita bisa berinteraksi lagi dengan normal, seolah-olah tidak pernah ada masalah. Kuncinya adalah belajar menerima secara obyektif dan positif. Pegang prinsip bahwa tidak ada manusia yang sempurna, semua dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, sangat berhak untuk dihargai sebagaimana mestinya. Penghargaan kita yang tulus akan berbuah perhatian darinya. Bukankah satu lawan itu sudah sangat banyak, sedangkan seribu kawan terasa kurang?

Ada pepatah,
”Jangan berlebihan dalam menyukai sesuatu karena mungkin suatu saat kau akan membencinya. Dan jangan berlebihan ketika membenci sesuatu karena mungkin suatu saat kau akan mencintainya pula.”

Ada rumus kebahagiaan *
(rumus ini bisa berlaku di setiap saat, di semua tempat, dan dalam situasi apapun – tidak perlu dikonversi, karena satuannya sudah jelas, yaitu bahagia per ikhlas :) )
“Harapan yang lebih besar dari kenyataan akan membuat kita kecewa.
Sedangkan harapan yang lebih kecil dari kenyataan akan membuat kita bahagia.
Minimalkan harapan dan ketergantungan kita terhadap seseorang atau sesuatu, sehingga kita tidak akan terlalu kecewa.
Sandarkan harapan, apalagi ketergantungan kita hanya pada Allah SWT, insya Allah kita tidak akan pernah kecewa dan selalu bahagia” HasbunAllah wa ni’mal wakil
.


*ini rumus bahagia dari seorang sahabat.
afwan, sering nyuplik kata-kata antum tanpa izin.

Tuesday, July 11, 2006

For the Second Man in My Life

Alhamdulillah....
Terlantun syukur dari lisan dan hatiku
Allah telah karuniakan dirimu bagiku
Temanku kala aku sendirian
Pahlawanku kala aku terkalahkan
Sandaranku kala aku lemah

Untukmu, lelaki kedua dalam hidupku
Terimakasih kuhaturkan padamu
Atas cinta yang tak pernah berubah
Perhatian yang tak pernah hilang
Dorongan yang membuatku bertahan
dan berani membuat langkah baru
Masukan-masukan yang membuatku
bisa melihat dunia dengan warna berbeda

Untukmu, lelaki kedua dalam hidupku
Selalu ada cinta dariku
Walaupun kadang aku menangis karenamu
Kadang aku terluka karena kata-katamu
Kadang aku bingung tak bisa memahamimu

Dua puluh empat tahun sudah aku mengenalmu
Bukan waktu yang sebentar
Namun terkadang aku merasa asing denganmu
Merasa tak mampu menjangkaumu dengan tanganku
Tak mampu meraihmu dalam dekapku

Jangan melangkah terlalu cepat
Karena aku belum bisa mengimbangimu
Apalagi berlari
Karena aku tak kan bisa mengejarmu
Aku ingin melangkah beriringan
Tapi jangan genggam tanganku
Cukup kau disampingku
Sekedar menemani dan menjaga
Agar aku tegar dengan langkahku sendiri

Untukmu, lelaki kedua dalam hidupku
Tiga dasawarsa sudah usiamu
Semoga Allah selalu tegarkan langkahmu
Dan bijakkan pikirmu
Semoga Allah selalu menjagamu
Dan berkahNya moga bersamamu

Ada empat wanita yang selalu mendoakanmu
Bakti pada ibundamu
Cinta pada kekasih belahan jiwamu
Kasih pada ananda biji matamu
Dan semoga sayangmu buatku

Untukmu, lelaki kedua dalam hidupku
Selamat hari lahir
Terima kasih telah menjadi kakak yang baik buatku
Menemaniku di sepanjang rentang usiaku

keterangan: the first man: my daddy
the second man: my older brother

Monday, July 10, 2006

Life is beautiful

Life is beautiful,
La vita e bella,
Hidup ini indah....


Selama ini saya berusaha memandang segala sesuatunya dengan indah. Bahwa dibalik mendung masih ada langit yang biru.Bahwa setelah hujan datang, mungkin akan datang pelangi. Bahwa setelah gelap malam, maka mentari pagi akan menyapa dengan hangat.
Bahwa ujian adalah suatu keniscayaan, apapun bentuknya, ujian berupa kemudahan atau pun kesulitan.

Namun pernah sekitar dua tahun yang lalu, ketika terlibat secara mendalam dalam permasalahan keluarga seorang teman, saya jadi sulit melihat bahwa hidup itu indah. Masalah yang dihadapi memang kompleks sekali, masalah kedua orangtuanya, adik-adiknya yang ”bermasalah”, masalah finansial, kuliahnya keteteran, kesehatannya juga yang sering drop.... sepertinya masalah tiada habis-habisnya.

Saya yang biasa melihat segala sesuatunya itu indah, benar-benar jadi berubah. Jadi tahu bahwa ternyata di luar ada hal yang berbeda. Menyadari bahwa tidak semua orang baik hati seperti kelihatannya, melihat bahwa sering ada ketidaktulusan-ada udang di balik batu, juga melihat bahwa ada orang yang mengungkapkan sayang dengan makian dan amarah (?), bahwa di sekitar kita mungkin ada saudara yang benar-benar tidak bisa makan, tapi kita tak pernah tahu (atau tak mau tahu?!) , bahwa ada juga orang yang puas hidup dengan gengsi, walaupun dia kelaparan, dan setiap hari penuh keluhan dan air mata. Bahwa hujan bisa datang kapan saja, bahwa rumput tak selalu hijau, dan pohon kadang kering meranggas. Pokoke dunia seperti berbalik 180 derajat, sama sekali tidak indah.

Setelah beberapa saat, seorang mbak yang dekat dengan saya, mengajak saya untuk menjauh dan mengambil jarak. Mengajak saya seperti biasa kalo lagi stag, melihat dari sudut pandang yang berbeda. Akhirnya saya bisa kembali melihat lebih obyektif. Dan juga punya cara pandang baru, bahwa dibalik sesuatu pasti ada makna yang tersembunyi, baik positif maupun negatif. Bahwa tidak selamanya hidup ini nampak indah seperti kelihatannya.

Ketika gempa kemarin terjadi di tanah kelahiran saya, merupakan bagian dari pembelajaran tt alam, manusia, juga tt Allah-Rabb kita. Bahwa selain ArRahmaan-ArRahiim maka Allah punya sifat Rabb al ’alamin. Selain Maha Pengasih dan Penyayang, maka Allah adalah Maha Penguasa Alam semesta, Maha Perkasa, Maha Berkehendak. Tapi ArRahmaan-ArRahiimnya selalu mendahului murkaNya. Walaupun membawa kedukaan, tapi bencana itu mengajarkan pada manusia tentang indahnya ukhuwah, indahnya ketika bisa memberi, indahnya ketika kita bisa qanaah, itsar, dan ikhlas dengan ketentuan Allah.

Jadi sampai saat ini saya masih berusaha untuk selalu melihat bahwa hidup ini indah. Karena hal itu akan membawa saya untuk berusaha selalu mensyukuri apa yang telah Allah karuniakan. Apapun kejadian yang kita alami, ketika keyakinan bahwa apa yang Allah berikan adalah yang terbaik bagi kita, maka akan selalu ada ruang untuk bahagia di setiap detik perjalanan kita. Dan memang life is beautiful, namun kini dimaknai lebih mendalam.... bahwa hidup akan berisi hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, kemudahan dan kesulitan, ujian dan karunia, ketakutan dan kebahagiaan. Yang penting adalah bagaimana kita mengelolanya agar kepedihan tidak terlalu pedih, dan kegembiraan tidak membuat kita lalai. Apapun keadaannya, mencoba senantiasa bersyukur, ’ala kulli hal alhamdulillah. Ketika pena telah diangkat, dan lembaran telah kering. Qadarallah maa sya-a fa’al. Setiap yang telah dan akan terjadi telah tercatat dalam ketentuanNya. Qada’ dan qadar Allah akan terus berlaku pada kita, namun Allah akan selalu membekali kita dengan kekuatan yang terkadang tidak pernah kita sadari....


Buat "seseorang", yang telah mengajari saya banyak hal, meski tanpa ia sadari
Jazakumullah khairan jaza’
Afwan jiddan atas semua khilaf, lisan maupun prasangka.

Buat semuanya siapapun anda, yakinlah bahwa selalu ada ruang untuk bahagia bagi kita semua.

Setiap Orang Adalah Penting

Seorang manager memberi tahu karyawannya tentang betapa pentingnya ia bagi perusahaan dengan menulis memo sebagai berikut :

Kamu adalah orang pxnting

Mxskipun mxsin kxtikku modxl kuno, tapi ia dapat bxkxrja dxngan baik, kxcuali satu huruf saja.

Kau mungkin bxrpikir bahwa jika sxmua huruf dapat bxkxrja dxngan baik dan hanya satu saja yang rusak, maka tidak ada yang akan mxmpxrhatikan. Tapi txrnyata kxrusakan pada satu huruf saja dapat mxnghancurkan sxmua usaha yang txlah dirintis.

Kau mungkin bxrbicara dalam hati, “Ahh… aku hanyalah satu orang. Mustahil ada yang mxmpxrhatikan apabila aku tidak bxrsungguh-sungguh”. Tapi sxsungguhnya hasilnya akan sangat bxrbxda. Sxbab, untuk mxmiliki suatu lxmbaga yang xfxktif, suatu organisasi harus didukung olxh sxmua anggotanya dxngan sxgxnap kxmampuan mxrxka.

Jadi, jika lain kali kau mxnganggap dirimu tidak pxnting, maka ingatlah mxsin kxti kunoku ini.

Kamu adalah orang pxnting…!!!

(Author unknown)

Tetaplah Disini Saudaraku…., Kembalilah Ke sini Saudaraku….

Teruntuk seluruh saudaraku.....

Kembalilah ke sini saudaraku....
Untuk saudaraku yang telah pergi, kalau aku boleh meminta, maka aku pinta padamu untuk kembali. Sungguh aku khawatir dengan kesendirianmu. Kita tidak pernah yakin bahwa jalan kita akan lurus-lurus saja, karena itu kita butuh saudara-saudara yang lain untuk menemani dan mengingatkan kita. Kenapa kekecewaan membuatmu insilakh? Bukankah dulu kau pernah berkomitmen untuk memperbaiki dan menambal kapal ini jika kau menemukan kebocoran, bukan justru kamu terjun sendirian ke tengah laut? Tidakkah kau rindu masa-masa kebersamaan kita, dan janji-janji kita untuk saling menguatkan??? Saudaraku, kapanpun kau merasa rindu dan siap untuk kembali, kami tetap menanti datangnya saat itu. Dan bila masa itu tiba, kan kami sambut kau dengan senyuman, dan akan kita nyanyikan kembali lagu dakwah kita yang mungkin telah kau lupa alunan syairnya....

Teruntuk seluruh saudaraku, juga untuk saya sendiri....
Tetaplah Disini Saudaraku....
ini nyuplik dari sini
saudaraku, entahlah terkadang perjalanan yang jauh dan tidak pernah berakhir ini sering membuat kita lelah, capai, dan benar-benar letih. Hatta, keletihan itu sendiri terkadang tidak bisa digambarkan dengan visualisasi tertentu. Fase-fase inilah yang teramat sangat kita takutkan, kita khawatir suatu saat nanti kita tidak dapat lagi merasakan indahnya ber-Islam, indahnya berukhuwah, dan indahnya beribadah kepada Allah. Kita juga mengkhawatirkan terjadinya disorientasi dalam dakwah yang sedang kita rancang...
Apapun ceritanya, ana, antum, dan seluruh ikhwah di bumi belahan manapun dia berada... mari kita berazzam agar kita tetap dan akan selalu senantiasa berada dalam rumah besar TARBIYAH ini...Allahumma amien

Tetaplah disini saudara/i ku...........Dijalan keimanan ini........dijalan keislaman ini................Tetaplah bersama-sama meniti jalan ini.........sampai usai.............Kita semua mungkin sudah letih....Karena perjalanan ini amat panjang dan berliku......Tapi .... bersiaplah disini.......Jangan sekali-kali kita menjauh......Yakinlah kenikmatan pengorbanan yang kita teguk di jalan ini....Jauh lebih banyak ... ketimbang yang dilakukan orang-orang lalai itu ......Keindahan disini.... jauh lebih indah dari pada keindahan yang dibanggakan oleh orang-orang lalai itu

Saudara/i ku ...................Kita memperoleh puncak obsesi dan keinginan disaat kita mendapatkan ujian....Keinginan kita adalah apa yang dapat kita berikan untuk ISLAM dan kaum muslimin......Kegembiraan kita adalah bagaimana melihat hasil perjuangan da’wah kepada ummat.....Obsesi kita adalah bagaimana bisa berbuat lebih banyak untuk ummat.....

Terangilah hati dan jiwa kita untuk tetap bersama... Saudara/i ku....Karena dengan itu eksistensi ukhuwah akan lebih terasa dan lebih indah......Hapuslah dzhon-dzhon yang ada dalam diri kita semua..............Jangan cepat menyerah, putus asa, frustasi, apalagi cepat marah ......Karena itu semua tak pernah membawa kita untuk mencapai kedudukan yg lebih tinggi....Bukankah semua posisi yang lebih mulia selalu dicapai lewat pengorbanan yang luar biasa ????........

Tetaplah disini saudara/i ku...........Tetaplah di jalan ini .... jalan keislaman ......... jalan keimanan..........Tetaplah di jalan ini..........Walau hati ini perih........walau jasad ini sakit....Tetaplah di jalan ini ..............Walau remuk tulang-tulang kita........ walau runtuh sendi-sendi kita.........walau habis cucuran keringat darah dan air mata kita.............Tetaplah di jalan da’wah ini............Walau berkorban perasaan .............. walau pahit menerima kenyataan.........
Saudara/i ku..................Jalan yang kita tempuhi memang berat.........penuh dengan tantangan, hambatan, ancaman ,godaan......Banyak yang kita temui di jalan ini........Yang meninggikan asa dan harap kita..............Namun terkadang menghempaskan batin dan jiwa kita.............Akan banyak yang kita temukan........idealisme dan realitas bertempur, berperang, jauh masuk ke relung hati kita..............Hingga akhirnya jiwa kita harus mengalah...apabila realitas jauh dari angan........

Tetaplah disini Saudara/i ku................Kita akan memulai perjalanan yang lebih mendaki dan terjal...............Tapi disanalah kita berharap bisa merasakan kenikmatan yang kita idam-idamkan.............Maka ucapkanlah “Alhamdulillah” atas semua keadaan yang kita alami.........Meski kebersamaan ini sungguh menguras keringat dan meletihkan sendi-sendi.....

Kadang Kita Perlu ”Recycle Bin”

Beberapa pekan terakhir, saya mendampingi seorang sahabat menjalani terapi psikiater. (saya cuma menemani lho....:) ) Yah... sahabat saya sedang dalam kondisi kejiwaan yang sangat tidak stabil. Diagnosa dokter psi, beliau mengalami depresi dan halusinasi.

Semua berawal sekitar tiga pekan yang lalu
“ukh, afwan….
Aku kalah…
Astaghfirullah….”

Sudah hampir tengah malam ketika sebuah sms masuk. Sms singkat dari sahabat saya tadi, membuat saya bertanya-tanya, ada apa dengannya?

Keesokan paginya, ketika bertemu, baru menyadari ada sesuatu yang ”tidak beres”. Tatapan kosong, wajah pucat dan alur pembicaraan yang melompat-lompat, telah menggambarkan semua. Setelah membujuk dengan berbagai cara, akhirnya beliau bercerita (masih dengan alur yang melompat-lompat) bahwa dia merasa sangat bersalah, berdosa besar dan kalah......karena telah jatuh cinta pada seorang ikhwan! Perasaan berdosa dan merasa kalah itu sangat mencengkeram dirinya, karena itu dia berusaha sekuat tenaga untuk memupus rasa itu. Tapi semakin dia berusaha, justru perasaan itu semakin menguat. Yah... setahun dia benar-benar dihimpit perasaan kalah & dosa, akhirnya justru membuat jiwanya benar-benar kalah. Bahkan sampai dia tidak bisa membedakan lagi antara kenyataan dan khayalan, beliau berhalusinasi bahwa setiap kali mendengarkan siaran radio atau menonton televisi maka yang terdengar hanyalah suara dan pesan dari ikhwan tersebut. :(

Sahabat saya jatuh cinta, masalah yang ”mungkin” dianggap sepele bagi beberapa orang, apalagi bagi ikhwan-akhwat. Tapi ketika penerimaan dan pengelolaan yang tidak tepat, justru menjadi bumerang buat diri kita. Saya jadi ingat kata-kata seorang ustadz ”kita kadang bersikap lebih ketat daripada syariat, walaupun dalam perkara lain kadang justru melonggarkannya. ” Bukankah cinta itu anugrah, sesuatu yang patut kita syukuri keberadaannya? Bukankah fitrah ketika jatuh cinta (kepada lawan jenis). Bahkan seorang aktivis sekalipun? Karena aktivis pun adalah manusia biasa. Jadi kenapa harus menutup semua ruang untuk menghindari cinta? Padahal kita tidak pernah tahu kapan cinta akan menyapa. Dan ketika cinta menyapa, maka tak bisa dilogika. Tapi hendaknya kita juga menyadari, bahwa cinta itu harus kita letakkan pada tempatnya yang tepat, jangan sampai terbuai ataupun merana karenanya. Karena itulah ada batasan syariat yang menjaga agar fitrah kita tetap dalam koridor yang benar.

Awalnya saya seolah-olah tidak percaya bahwa sosok yang begitu tegar dalam pandangan saya, seseorang yang selama ini tidak pernah mengeluh tentang apapun, namun akhirnya jatuh.... karena cinta. Padahal selama ini beliau dikenal sebagai akhwat yang cukup tegas, bahkan cenderung kaku terhadap ikhwan. Mungkin karena itulah, aplikasi yang terlalu ketat bahkan lebih ketat dari syariat, hingga akhirnya merasa kalah, dan merasa melakukan dosa besar yaitu jatuh cinta. dan nasi telah menjadi bubur....

Yang saya sesali sampai saat ini adalah, saya ternyata belum bisa ”membaca” sahabat saya, orang yang selama ini dekat dengan saya. Tapi bebannya tidak pernah saya ringankan, bahkan tidak saya ketahui. Saya selalu berasumsi bahwa beliau baik-baik saja, karena memang tidak pernah bercerita. Padahal saya sudah mengetahui, karakternya yang introvert membuatnya sulit bercerita. Kenapa tidak dari dulu saya memaksanya untuk bercerita ya? Mungkin kalau sudah dibujuk kan luluh juga....

Saya jadi lebih menyadari bahwa terkadang kita perlu seseorang sebagai tempat berbagi bahagia maupun duka, walaupun sebenarnya hanya kepada Allah kita mengadukan semuanya. Kalau seorang teman mengistilahkan, kita butuh seseorang sebagai ”keranjang sampah” atau ”recycle bin” . Kedengarannya kasar ya? Tapi memang begitulah.... Walaupun kita mungkin orang yang sangat tegar, ada saat-saat tertentu membutuhkan orang lain untuk ”didengar”... meski hanya sekedar mendengarkan, tanpa bisa memberikan solusi. Paling tidak bisa mengurangi sedikit beban.... Bahkan dari artikel yang pernah saya baca, saat kita mengasuh anak2, bersahabat dekat dengan seseorang dan berbagi dengannya, maka hal tersebut akan meningkatkan hormon oksitosin yang punya efek menenangkan dan mengurangi rasa emosional.

Tapi hati-hati juga dalam memilih recycle bin, seseorang yang amanah seharusnya. dan beban juga bagi seseorang yang sering menjadi tempat curhat, karena dia harus berhati-hati menjaga apa yang dititipkan padanya....
Tapi kadang capek ya jadi recycle bin....:)

NB: ada artikel yang berkaitan, kiat mengelola stres, baca di rumah sehat ya...

Yang Datang dan Yang Pergi

Many people…
Walk,
Come,
Then go….
In our life.
But only few people…
That leave footsteps,
In our heart.


Adik kos saya bercerita bahwa dia mendapat tugas untuk menulis cerita dengan topik ”About Myself”. Cerita itu harus lengkap dari masa kecil sampai sekarang. Juga harus ada benang merah antara masa lalu dan masa sekarang sehingga membentuk jalinan cerita yang utuh tentang dirinya. Akhirnya saya pun ikut terinspirasi, mencoba menelusuri sejarah kehidupan saya sendiri.

Dari situlah kemudian saya menemukan betapa banyak peristiwa yang saya alami, baik suka maupun duka, baik biasa maupun luar biasa. Saya juga menemukan orang-orang yang telah memberikan pengaruh pada kehidupan saya, tidak hanya orangtua, keluarga tapi juga teman-teman saya, dan orang lain yang pernah memberikan pengaruhnya.

Saya baru menyadari, ternyata ada sangat banyak orang yang telah datang dalam hidup saya, ada yang kemudian singgah cukup lama, ada pula yang sekedar numpang lewat namun telah mempengaruhi saya dalam banyak hal. Dan juga banyak orang yang kini telah pergi dari kehidupan saya, pergi dalam arti kembali ke haribaanNya, maupun pergi karena kami sudah kehilangan kontak sama sekali:(

Saya bersyukur karena ada beberapa sahabat yang dulu telah kehilangan kontak, sekarang mereka datang lagi dalam kehidupan saya. Ada mantan rival saya dari SD sampai SMA, sejak lulus SMA saya kehilangan kontak dengannya. Dan alhamdulillah dua bulan yang lalu, dia menghubungi saya setelah mendapat nomor telp dari teman yang lain. Senangnya, setelah hampir lima tahun pergi, ternyata dia kembali lagi sebagai teman, bukan rival lagi :) Kalau sebagai rival, kali ini saya kalah telak deh, soalnya dia sudah sukses dan mapan. Ada juga tiga orang sahabat SMP, sejak lulus kami tidak bertemu. Dan alhamdulillah, sejak beberapa bulan yang lalu kami kembali dekat setelah berpisah selama delapan tahun!

Sedih juga kalau mengingat orang-orang yang telah pergi dari kehidupan kita. Meninggalnya eyang putri, sosok yang sangat dekat dengan saya. Juga kemarin ada berita teman SMA ada yang meninggal karena sakit. Dan saya juga teringat, ada sahabat SMP yang sudah seperti adik bagi saya, setahun yang lalu dia pindah alamat dan nomor telp tanpa meninggalkan pesan apapun :(

Namun, ada yang sangat saya syukuri, karena ternyata saya punya teman-teman sepanjang masa. Ada empat orang teman (meski masih ada beberapa yang lain) yang tetap dekat walaupun kami tinggal berjauhan, satu di Jakarta, dua di Yogyakarta, satu di bandung- alhamdulillah sekarang sudah dia pulang klaten lagi. Walaupun jauh dan nyaris tidak pernah bertemu, tapi kami masih saling mengontak, setiap ada peristiwa penting, masih sering saling curhat juga :) Tak terasa sudah delapan tahun kami bersahabat.

Aahh.... ternyata banyak sekali orang-orang yang datang dan pergi. Bahkan ada beberapa teman, yang hanya sebentar saya sempat mengenalnya, tapi sudah banyak memberikan pengaruh dalam hidup saya. Lima, sepuluh tahun lagi (kalau Allah memberi umur panjang) tentunya akan bertambah panjang daftar orang-orang yang telah berpengaruh dalam hidup saya.

Yang jelas saya sangat berterima kasih pada semua orang yang pernah datang dalam hidup saya. Kadang saya berpikir, seperti apa ya pandangan mereka tentang diri saya? Apa yang mereka kenang dari saya? Jangan-jangan tidak ada kenangan sama sekali atau yang ada hanya kenangan buruk? ah...sedihnya. sepertinya senang ya kalau kita bisa meninggalkan jejak (jejak yang manis tentunya) dalam hidup dan hati orang lain. Ayo berusaha.... selalu lakukan yang terbaik yang kita bisa untuk semua hal, semoga dengan itu Allah ridha dengan kita, juga orang lain akan ridha dengan kita, sehingga kita punya jejak dalam hati mereka...

Jadi ingat sepenggal tausiyah...

”wahai manusia, saat kau dilahirkan ibumu, kau menangis dan orang di sekitarmu tertawa. Berikan karya terbaikmu, sehingga kelak kau tersenyum bahagia saat orang-orang menangisi kepergianmu.”

Mengukur FQ (Financial Quotient / Kecerdasan Finansial)

Setelah IQ (Intellectual Quotient ), EQ (Emotional Quotient ), SQ(Spiritual Quotient), sekarang ada FQ (Financial Quotient). Kecerdasan finansial adalah kemampuan seseorang untuk mendayagunakan kemampuan pribadinya dalam mendapatkan dan mengelola uang. Kecerdasan ini dibutuhkan agar kita tidak terjebak dalam dua kutub permasalahan keuangan: kekurangan uang atau kelebihan uang(?). Kekurangan uang menyebabkan seseorang selalu disibukkan dengan permasalahan-permasalahan mencari uang, dan ini bisa membawa dirinya menjadi gelap mata dan akhirnya menghalalkan segala cara untuk memperoleh uang. Kelebihan uang menimpa seseorang yang punya uang melimpah tapi dia tidak mampu mensyukurinya dan tidak berbahagia.

Ketika kita baru lahir, maka skor FQ kita adalah NOL, karena kita sama sekali tidak bisa memenuhi kebutuhan finansial kita secara mandiri. Selanjutnya, semakin bertambah usia maka kita akan banyak belajar dan mulai punya kemampuan untuk menghasilkan sesuatu dan mengurangi ketergantungan terhadap orangtua.

Misal saat SMU kebutuhan kita perbulan sekitar Rp.400ribu. Kemudian kita punya usaha sambilan berjualan makanan kecil di kelas dengan penghasilan bersih Rp.50ribu. Maka skor FQ = 50/400 = 0,125. Selanjutnya ketika kita kuliah, kebutuhan kita meningkat Rp600ribu sebulan. Tapi ketika kita kuliah, kita sudah memiliki banyak link. Sehingga usaha jualan makanan kecil di kelas, meningkat menjadi jualan di kos-kosan, cukup dititipkan di kost teman-teman kita. Dan penghasilan bersih kita menjadi 150ribu per bulan. Maka skor FQ kita menjadi 150/ 600 = 0,25.

Usaha kita terus berlanjut, hingga akhirnya kita menjadi agen makanan kecil yang cukup mapan, dan punya jaringan yang lebih luas sehingga penghasilan per bulan Rp600ribu. Maka skor FQ kita menjadi 600/600 = 1

Skor 1 adalah skor kemandirian, atau juga disebut skor independensi, yang berarti kita telah melampaui tahap dependensi!!!

Jadi mari kita menghitung, berapa skor FQ kita sekarang?! (jadi malu sendiri :) )
Kemudian mari susun langkah untuk menaikkan skor FQ kita! Ambil kertas dan pena, segera tulis plan kita ke depan!

(insyaAllah ada kelanjutannya.......)