Ketika saya masih kuliah preklinik, saya tidak pernah punya bayangan akan menjadi dokter spesialis. Bisa lulus dokter saja merupakan suatu anugerah yang besar bagi saya. Apalagi jika mengingat IPK yang tren nya terus menurun, membuat saya tidak pernah berani berkeinginan untuk melanjutkan sekolah mengambil spesialis.
Kemudian ketika awal koass, mulai timbul sebersit keinginan dalam hati untuk suatu saat bisa mengambil program spesialisasi. Tapi ketika mengamati bahwa residen itu biasanya sibuk sekali, sering jaga malam, sekian jam waktunya akan habis di rumah sakit, membuat saya yang family oriented ini menjadi khawatir tidak bisa membagi waktu untuk keluarga jika nanti sudah menikah. Dan kekhawatiran saya yang utama, biaya spesialisasi yang begitu mahaaaall! Hingga akhirnya keinginan itu saya simpan rapat-rapat, dengan harapan setelah nanti lulus, mungkin lima tahun sesudahnya baru akan diusahakan untuk diwujudkan.
Setengah tahun menjalani masa per-koassan akhirnya saya menikah, suatu keputusan besar bagi saya. Pernikahan ternyata mengubah banyak hal dalam diri saya. Suami saya alhamdulillah orang yang sangat mencintai ilmu. Beliau selalu mendorong saya untuk berani bermimpi! Beliau meminta-setengah memaksa- saya untuk mulai merencanakan mengambil spesialis, semua kekhawatiran saya ditepisnya, bahwa keluarga akan baik-baik saja walaupun saya sekolah lagi, dan insyaAlloh yakin soal biaya nanti bisa disiasati.
Akhirnya setelah pelantikan dokter bulan Desember, suami memberi waktu satu bulan untuk menentukan pilihan dan mencari informasi. Berkejaran dengan waktu, karena ujian masuk sekitar bulan april, berarti berkas harus masuk bulan maret. Ada 2 alternatif yang saya pilih, psikiatri atau rehabilitasi medik. Keduanya saya suka, tapi karena suami agak keberatan dengan psikiatri akhirnya saya prioritaskan RM. Yah..mulai deh hunting info ke UNDIP, yang paling dekat. Ternyata di UNDIP biayanya sangat mahal bagi saya. Sumbangan 50 juta, dg SPP 5juta per semester. Sedangkan mulai semester depan, biayanya naik menjadi 15 juta per semester. Suatu angka yang fantastis bagi saya.
Info itu membuat saya putus asa, dan sempat berpikir untuk ambil psikiatri di UNS saja. Akhirnya saya ikut seminar dan workshop Psikiatri di RS.Moewardi. Subhanalloh, di sini justru saya mendapat jalan lain, saya bertemu dengan Kepala Bagian RM RSDM. Setelah berbincang-bincang dengan beliau, beliau menyarankan agar saya mencoba di UNAIR, bahkan beliau beserta suaminya yang Dekan FK UNS, akan memberikan rekomendasi buat saya. Alhamdulillah....Alloh benar-benar menunjukkan jalan bagi saya.