Wednesday, April 12, 2006

Selamat hari lahir, saudariku

Alhamdulillaahirabbil’alamiin.
Terlantun syukur dari hati dan lisan atas segala nikmat dan kesempatan ukhuwah yang telah Allah limpahkan. Sebuah anugrah besar berkesempatan mengenalmu. Ada banyak hal yang kemudian memberikan warna tersendiri dalam perjalanan hidup kita. Mengisi lembar-lembar perjalanan dengan kebersamaan yang penuh dengan ragam kisah. Semua memberi arti bagi proses panjang pendewasaan kita.

Kita telah bersama melewati masa-masa yang menyenangkan, juga waktu-waktu penuh kedukaan. Bahkan ketika setahun yang lalu kau berkesempatan menggenapkan setengah din, saat akad nikah, saat-saat yang mendebarkan bagimu, juga menjadi mendebarkan bagiku. Sungguh, semua telah banyak memberi pelajaran bagiku. Ya, mengenalmu dulu, dan sekarang, walaupun telah banyak waktu kita lalui, rasanya aku masih belum mengenalmu seutuhnya. Karena selalu saja ada hal-hal baru yang membuatku terkaget-kaget, dan tersadar, lagi-lagi kau mendahului aku beberapa langkah di depan :)

Tapi terimakasih saudariku, aku begitu menikmati saat-saat kita bersama. Walaupun mungkin ada banyak sisi dimana kita belum bisa berbagi, tapi kadang sisi misterius itu yang menjadi warna tersendiri.

Barakallah ya ukhti fiddin. Sekarang anti sudah tambah usia. Semoga bertambahnya usia, mampu menyadarkan kita untuk lebih bersikap dewasa dan lebih bijaksana. Melangkahkan kaki pada usia baru, juga menjelang fase kehidupan baru : menjadi seorang ”ibu”. Jaga baik-baik mujahid kecil, calon keponakanku. Persiapkan diri dan jaga kesehatan. Jangan memaksakan diri lari-lari di kampus (aku ga tega melihatmu lari-lari mengejar dosen, dengan tas punggung yang sarat bawaan, padahal kandunganmu sudah besar tuh :) )

Tausyiah suamimu tempo hari membuatku terus berpikir dan merenung.
”Sahabat sejati bukanlah seseorang yang selalu ada kapan pun kita membutuhkan. Tapi sahabat sejati adalah seseorang ketika kau memandangnya, maka wajahnya mengingatkanmu pada Allah SWT”
Sudahkah kita menjadi sahabat sejati? yang bisa saling mengingatkan, saling mencintai hanya karena Allah SWT, selamanya.... sehingga semoga kelak kita termasuk di antara tujuh golongan yang dinaungi Allah SWT. Amin.

Solo, 8 April 2006
Teruntuk saudariku, Andina Widyastuti
Yang baru saja menapaki fase usia baru.
Barokallohu fiik.

Friday, April 07, 2006

Bila suara hati menyapa

Adakah yang lebih bening dari suara hati, kala ia menegur kita tanpa suara?
Adakah yang lebih jujur dari nurani, saat ia menyadarkan kita tanpa kata-kata?
Adakah yang lebih tajam dari mata hati, ketika ia menghentak kita dari kasalahan dan alpa?

Saat paling indah dari putaran waktu kehidupan, adalah saat kita mampu secara jujur dan tulus mendegar suara hati.Sebab, dari sanalah banyak tindakan dan perilaku kita menemukan arahnya yang benar. dari sana amal-amal dan segala proses kehidupan kita memiliki pijakan yang kokoh: niat dan orientasi yang lurus.

Istafti qalbak. mintalah fatwa pada hatimu...

"Mintalah fatwa pada hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa kepadanya dan tenteram pula dalam hatinya. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa, dan ragu-ragu dalam hati, meski orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya" (HR. Muslim)