Tuesday, May 30, 2006

Beberapa Catatan Bagi yang Akan Ta’aruf

Kebetulan, ada sahabat saya sedang menjalani proses ta’aruf untuk menuju pernikahan. Selama ini kami memang cukup dekat, sehingga saya pun membersamai dan menemani beliau dalam menjalani prosesnya. Ada banyak hal yang saya dapatkan dan saya pelajari (lumayanlah.... buat bekal kalo nanti saya menjalani proses taaruf :) )

Dan saya ingin membaginya, kali aja diantara teman-teman yang mampir ke blog saya ada yang akan atau tengah menjalani proses ta’aruf:

1.Adanya keterbukaan
Keterbukaan merupakan hal yang mutlak. Dalam proses taaruf kedua belah pihak harus menyampaikan hal-hal tt dirinya dengan jujur dan terbuka, termasuk tentang kondisi keluarga. Hal-hal yang dirasa masih mengganjal di hati harus disampaikan terus-terang, walaupun itu mungkin hal kecil yang terlihat sepele, misal: ada keminderan dari keluarga, kondisi keluarga saat ini, penerimaan keluarga terhadap calon yang diajukan, dsb.

2.Komunikasi yang jelas dan lancar
Usahakan untuk bisa berkomunikasi secara langsung (dengan tetap memperhatikan batasan syariat), bisa telp atau yang lain, bisa juga lewat sms (tapi kadang bahasa tulis mengundang multi tafsir). Ketika ada perbedaan, kejanggalan segera diklarifikasi, jangan ditunda-tunda.

3.Pengkondisian keluarga dan adanya strategi loby
Pengkondisian keluarga seringkali dilupakan, sehingga ketika proses sudah berjalan tersandung dengan keberatan-keberatan dari pihak keluarga tentang hal-hal yang tidak prinsip, misal: prinsip menikah tanpa pacaran hingga saat ini belum lazim, sehingga orang tua merasa kaget ketika tiba-tiba anak gadisnya dilamar oleh pemuda setelah masa taaruf yang singkat, 1 bulan misalnya. Sosialisasikan proses pernikahan tanpa pacaran jauh hari sebelumnya, sosialisasikan juga kriteria pasangan ideal kepada orang tua.

Kemudian ketika sudah ada kesepakatan, seringkali butuh loby yang agak panjang kepada orang tua. Apalagi bila orang tua belum dikondisikan sebelumnya. Dalam menjalani proses loby ini diperlukan rancangan strategi dari kedua belah pihak, agar gool.... ortu yakin,trus jalan deh.....

4.Didampingi pihak-pihak yang berpengalaman
Adanya pihak-pihak yang mendampingi (bisa guru ngaji atau orang shalih yang dituakan) akan membantu menjaga proses agar tetap dalam batas syar’i. Selain itu mereka juga bisa memberikan masukan-masukan dan saran-saran jika selama proses ternyata ada hambatan baik dari keluarga atau pun pihak lain.

Jangan lupa, pertimbangan keluarga tetap diutamakan, tetapi seringkali butuh pertimbangan dari luar keluarga, terutama pihak yang sudah berpengalaman membantu proses taaruf. Mereka bisa membantu juga menentukan strategi loby.

5.Kesiapan Mental dan kematangan emosional
Ini penting banget. Masa-masa proses merupakan masa ”rawan” sehingga butuh ketenangan dan konsentrasi. Pengambilan keputusan, menentukan langkah-langkah ke depan, merencanakan loby itu butuh ketenangan, pertimbangan yang matang, jangan tergesa-gesa karena emosi sesaat (yang jelas logika > emosi). Harapannya kan menikah itu sekali untuk seumur hidup...

Kematangan emosional juga perlu untuk mempersiapkan diri, bila ternyata proses taaruf tidak bisa dilanjutkan sampai jenjang pernikahan. Ikhlaskan hati menerima apapun hasilnya, karena Allah tahu yang terbaik buat kita, apa yang Allah berikan adalah selalu yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.

6. Faidza ’azzamta fattawakal ’ala Allah
Ketika kedua belah pihak sudah berazzam, kuatkan azzam itu terutama untuk mempertahankan prinsip ketika nanti ternyata banyak hambatan. Misal dari keluarga. Berusaha maksimal (tapi jangan membabi buta) mempertahankan prinsip, idealisme dan pilihan. Baru kemudian serahkan hasilnya pada Allah semata., karena manusia hanya dapat berencana, sedang Allah yang Maha Penentu.

Ada yang mau menambahkan daftar ini??? Sepertinya sdh banyak diulas di buku-buku panduan menuju pernikahan Islami ya?!

1 comment:

No Name said...

jazakallah