Thursday, July 13, 2006

Self Healing and Recovery Therapy

Setiap orang pasti pernah mengalami perlakuan dan situasi yang menyakitkan, namun tidak semua orang mau dan mampu secara tulus memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain. Termasuk juga melupakan takdir perjalanan hidup yang tidak menggembirakan. Atau mungkin juga tidak mau memaafkan diri sendiri, dan meyakini hikmah di balik takdir Allah SWT untuk kemudian bisa menerimanya dengan “legowo” (ikhlas).

Proses memaafkan, baik memaafkan orang lain maupun memaafkan diri sendiri, memerlukan kerja keras, kemauan kuat, dan latihan mental (riyadhatun nafs). Karena ini menyangkut soal “hati” (qalb) yang sangat reaktif terhadap stimulant dari luar. Kemampuan manajemen maaf akan membantu kita untuk bisa menikmati hidup dengan lebih indah dan memupuk keluhuran jiwa dan citra diri. Kemampuan memaafkan ini akan membantu kita, khususnya kaum hawa -yang diibaratkan bagai tulang rusuk yang mudah patah :) - untuk lebih ”lentur” sehingga tidak gampang patah, tidak mudah hancur hidupnya, tidak mudah putus tali persahabatan dan kekeluargaannya.

Manajemen maaf merupakan bagian dari ”self healing and recovery therapy” (terapi penyembuhan diri). Ada empat tahapan dari self healing and recovery, yaitu: membalut luka hati, meredakan kebencian/amarah, terapi penyembuhan, dan tahap terakhir yaitu berjalan dan hidup bersama kembali.

Tahap pertama,membalut luka. Sakit hati/kecewa/rasa bersalah yang kita biarkan ibarat luka yang tidak pernah diobati, yang akan mengambil kebahagiaan dan ketentraman hati kita (misal kisah sahabat saya yang tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, akhirnya mengalami depresi, baca di sini), bahkan mungkin mengambil hidup kita. Cobalah menenangkan diri dan sedikit melupakan sakit hati dengan melakukan hal-hal yang kita sukai, bergaul dengan banyak orang, dll.

Tahap kedua, meredakan benci/amarah dan mencoba memaafkan orang lain ataupun memaafkan diri kita sendiri. Berusaha memahami alasan orang lain melakukan tindakan yang menyakitkan tadi atau mencarikan dalih baginya (mencoba husnuzhan-berbaik sangka). Ada pepatah mengatakan, “sebelum menjustifikasi saudara kita, cobalah untuk husnuzhan, carilah 1000 alasan yang mungkin menyebabkan dia melakukan hal itu, hingga akhirnya kita bisa memakluminya.” Begitu juga kalau kita merasa marah pada diri sendiri, coba untuk memaafkan dan memahami alasan kita sendiri.

Tahap ketiga, masa penyembuhan, diistilahkan masa berdamai dengan diri sendiri. Kadang masa ini butuh waktu lumayan lama .... jangan putus asa ketika sudah beberapa minggu koq belum sembuh juga, ketika teringat peristiwa itu masih merasa sakit. It’s ok! Beri kesempatan dan waktu lebih pada diri kita sendiri….

Tahap terakhir, kembali berjalan dan hidup bersama. Ketika sudah pulih, kita bisa berinteraksi lagi dengan normal, seolah-olah tidak pernah ada masalah. Kuncinya adalah belajar menerima secara obyektif dan positif. Pegang prinsip bahwa tidak ada manusia yang sempurna, semua dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, sangat berhak untuk dihargai sebagaimana mestinya. Penghargaan kita yang tulus akan berbuah perhatian darinya. Bukankah satu lawan itu sudah sangat banyak, sedangkan seribu kawan terasa kurang?

Ada pepatah,
”Jangan berlebihan dalam menyukai sesuatu karena mungkin suatu saat kau akan membencinya. Dan jangan berlebihan ketika membenci sesuatu karena mungkin suatu saat kau akan mencintainya pula.”

Ada rumus kebahagiaan *
(rumus ini bisa berlaku di setiap saat, di semua tempat, dan dalam situasi apapun – tidak perlu dikonversi, karena satuannya sudah jelas, yaitu bahagia per ikhlas :) )
“Harapan yang lebih besar dari kenyataan akan membuat kita kecewa.
Sedangkan harapan yang lebih kecil dari kenyataan akan membuat kita bahagia.
Minimalkan harapan dan ketergantungan kita terhadap seseorang atau sesuatu, sehingga kita tidak akan terlalu kecewa.
Sandarkan harapan, apalagi ketergantungan kita hanya pada Allah SWT, insya Allah kita tidak akan pernah kecewa dan selalu bahagia” HasbunAllah wa ni’mal wakil
.


*ini rumus bahagia dari seorang sahabat.
afwan, sering nyuplik kata-kata antum tanpa izin.

1 comment:

M Sholeh said...

belajarlah ilmu mendengar, karena sesungguhnya mendengar itu jauh lebih sulit dari berkata.

sesungguhnya Allah menciptakan segalanya dalam berkeseimbangan. Tidak ada yang tidak seimbang (balance /selaras), maka jika ada yang tidak selaras, berarti something wrong. Ingat hukum kekekalan energi : energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi dapat berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
so :
1. salurkan energimu agar hukum kekekalan energi berjalan dengan normal.
2. jika ditahan, pastikan sistem repository-nya cukup (tidak over capacity) sehingga tidak "MELEDAK"

wassalam