Sunday, March 19, 2006

Sulitkah Mengungkapkan CINTA pada IBU ?

Kita mencintai ibu, tentu saja. Kalau mengingat ibu, beliau mengandung kita selama 9 bulan, terus merawat kita dari kecil sampai sekarang, mengajarkan kita banyak hal, tak terhitung pengorbanan ibu.Tapi pernahkah kita ungkapkan cinta kita pada ibu?

Ternyata, hasil survey membuktikan 70% diantara kita belum pernah mengungkapkan rasa cinta pada ibu (majalah Azzam, Februari 2005) secara verbal. Sebagian dari kita berpendapat kalau cinta pada ibu tidak perlu diverbalkan, cukup dengan santun dalam sikap dan perbuatan. Bahkan ada yang belum pernah mengungkapkan cinta pada ibu secara verbal karena takut dikira “gombal” atau sedang “sakit” (apakah kita termasuk di dalamnya?  )

Perlukah kita ungkapkan rasa cinta itu secara verbal? Rasulullah saja mengajarkan agar kita mengungkapkan rasa cinta kita kepada saudara seiman. Logikanya, kalo kepada saudara saja disuruh mengungkapkan, apalagi kepada orangtua, khususnya ibu. Tapi mengapa sebagian besar diantara kita bisa dengan mudah mengungkapkan “ana uhibbuki fillah” (sesama akhwat) atau :ana uhibbuka fillah (sesama ikhwan), tapi merasa berat dan janggal mengatakan “aku sayang ibu” ? (nah lho…)

Menurut saya, sekali-kali kita perlu mengungkapkan cinta kita pada ibu secara verbal, disamping pengungkapan secara nonverbal (dengan perbuatan). Bagaimanapun juga, dengan bahasa akan lebih mengekpresikan perasaan kita. Kalau ada yang merasa canggung untuk mengungkapkan secara verbal, mungkin karena kurang akrab dengan ibu. So, perbaiki komunkasi dengan ibu, cobalah untuk lebih “mendekat”. Kalau bisa, jadikan beliau sebagai “teman berbagi”, insyaAllah ibu tidak pernah keberatan mendengarkan curhat anak-anaknya, bahkan beliau justru merasa dihargai, dipercayai dan dibutuhkan. Bahkan ibu saya pernah protes ketika saya sudah cukup lama tidak “curhat” ke beliau, beliau merasa “jauh” dan “tidak mengenal” saya lagi.

Setelah dekat dengan ibu, kita bisa memanfaatkan momen-momen khusus. Misal saat kita baru pulang (mudik), setelah sekian lama tidak bertemu, ungkapkan kerinduan kita pada beliau. Atau pada momen sederhana, saat ibu membuatkan sarapan buat kita, ucapkan “Aku sayang deh sama ibu, makasih ya, bu”. Bisa juga ketika kita liburan, pagi-pagi kita membuatkan minuman hangat, kemudian kita haturkan ke beliau sambil mengucapkan,” selamat pagi, Bu. Aku sayang ibu”. Ibu tentu akan menyambutnya dengan hangat.

Ibu, sosok yang penuh cinta, yang selalu mencurahkan cinta dan perhatiannya kepada kita. Sebuah ungkapan cinta yang tulus tentu akan membahagiakan beliau. Ketika kita ingat bahwa keluarga adalah obyek dakwah kita yang utama, mungkin hal itu bisa menjadi salah satu cara untuk menyentuh hati keluarga kita. Berani mencoba?!?
“I love You, Mom….”

1 comment:

dobleyou said...

hehehehehe aku jadi ingat ma delisa saat dia bilang ke ibunya.. "Umi.. Delisa cinta umi karena ALLAH" Bayangin anak umur enam tahun bisa ngomong gitu ma uminya, ampyun.... aku aja jadi nangis bacanya... baca aja novel "hafalan shalat delisha" karangan tere liye dan siap siap aja nangis ya...